Related Post:
1) Perkembangan Psikologi Agama
2) Perkembangan Jiwa Keagamaan Anak dan Remaja
3) Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Orang Dewasa dan Lanjut Usia
4) Pancaran Keberagaman terhadap Prilaku Manusia
Judul Buku : Buku Ajar Psikologi Agama
1) Perkembangan Psikologi Agama
2) Perkembangan Jiwa Keagamaan Anak dan Remaja
3) Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Orang Dewasa dan Lanjut Usia
4) Pancaran Keberagaman terhadap Prilaku Manusia
Judul Buku : Buku Ajar Psikologi Agama
Pengarang : Dr. I Made Titib dan Drs. I Ketut
Mardika
Tahun terbit : 2004
Halaman : 1-8
Diresume oleh: I
Wayan Rudiarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
PSIKOLOGI AGAMA
Psikologi agama
menggunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Kedua kata ini memiliki
pengertian yang berbeda. Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab. Manusia
mungkin saja memanipulasi apa yang dialaminya secara kejiwaan, sehingga dalam
sikap dan tingkah laku terlihat berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan
keadaannya dengan keadaan sebenarnya. Selanjutnya, agama juga menyangkut
masalah yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia. Agama sebagai bentuk
keyakinan, memang sulit diukur secara tetap dan rinci. Berdasarkan hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sangatlah sulit memberi definisi pada agama
itu sendiri. Namun di balik hal itu, Harun Nasution mendefinisikan agama
berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi (relegere, religare) dan agama.
Al-din (semit) berarti undang-undnag atau hukum. Kemudian bahasa Arab, kata
ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan.
Sedangkan dari kata religi (latin)
atau relegere berarti mengumpulkan
dan membaca. Kemudian religare
berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari kata a= tidak, gam= pergi
mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-tumurun.
Intisari
pengertian agama menurut Harun Nasution (1974: 10) adalah ikatan, karena agama
itu mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan
dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai
kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai
pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Harun
Nasution (1974: 11) merumuskan ada 4 unsur yang terdapat dalam agama yaitu:
a. Kekuatan
gaib, yang diyakini berada di atas kekutan manusia. Didorong oleh kelemahan dan
keterbatasanya, manusia merasa berhajat akan pertolongan dengan cara menjaga
dan membina hubungan baik dengan kekuatan gaib.
b. Keyakinan
terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia.
c. Respon
yang bersifat emosional dari manusia. Respon ini dalam realisasinya terlihat
dalam bentuk penyembahan karena didorong oleh perasaan takut (agama primitif)
atau pemujaan yang didorong oleh perasaan cinta (Monoteisme), serta bentuk cara
hidup tertentu bagi penganutnya.
d. Paham
akan adanya kudus dan suci.
Di sisi lain,
menurut Robert H Thouless (1992: 24) dalam kaitannya dengan psikologi agama, ia
menyarankan definisi agama adalah sikap (cara penyesuaian diri) terhadap dunia
yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan lebih luas daripada lingkungan
dunia fisik yang terikat ruang waktu.
Dari semua
pengertian tersebut, dapat didefinisikan bahwa psikologi agama merupakan cabang
psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan
dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya
dengan perkembangan usia masing-masing. upaya untuk mempelajari tingkah laku
keagamaan tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi.
B. RUANG
LINGKUP DAN KEGUNAANNYA
Sebagai disiplin
ilmu yang otonom, psikologi agama memiliki ruang lingkup pembahasannya tersendiri
yang dibedakan dari disiplin ilmu yang mempelajari masalah agama yang lainnya.
Sebagai contoh, dalam tujuannya psikologi agama dengan perbandingan agama
memiliki tujuan yang tidak jauh berbeda yakni mengembangkan pemahaman terhadap
agama dengan mengaplikasikan metode-metode penelitian yang bertipe bukan agama
dan bukan teologis. Bedanya adalah bila ilmu perbandingan agama cenderung
memusatkan perhatiannya pada agama-agama primitif dan eksotis tujuannya adalah
untuk mengembangkan pemahaman dengan memperbandingkan satu agama dengan agama
lainnya. Sebaliknya psikologi agama, memusatkan kajiannya pada agama yang hidup
dalam budaya suatu kelompok atau masyarakat itu sendiri. Kajiannya terpusat
pada pemahaman terhadap perilaku keagamaan tersebut dengan menggunakan
pendekatan.
Zakiah Daradjat
(1970: 12-15) menyampaikan ruang lingkup yang disebut lapangan kajian psikologi
agama sebagai berikut:
1. Bermacam-macam
emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama
orang biasa (umum), seperti rasa lega dan tentram sehabis sembahyang.
2. Bagaimana
perasaan dan pengalaman seseorang secara individu terhadap Tuhannya, misalnya
rasa tentram dan kelegaan hati.
3. Mempelajari,
meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati
(akhirat) pada tiap-tiap orang.
4. Meneliti
dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang
berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi
pengaruh terhadap sikap dan tingkah laku dalam kehidupan.
5. Meneliti
dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat
suci kelegaan batinnya.
Semuanya menurut
Zakiah Darajat (1970:15) tercakup dalam kesadaran agama dan pengalaman agama.
Yang dimaksud dengan kesadaran agama adalah bagian/segi agama yang hadir
(terasa) dalam pikiran yang merupakan aspek mental dari aktifitas beragama.
Sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama,
yaitu yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Karenanya
psikologi agama tidak mencampuri segala bentuk permasalahan yang menyangkut
pokok keyakinan suatu agama, termasuk tentang benar salahnya atau masuk akal
dan tidaknya keyakinan agama. Tegasnya psikologi agama hanya mempelajari dan
meneliti fungsi-fungsi jiwa yang memantul dan memperlihatkan diri dalam prilaku
dalam kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia. Dan dengan
demikian pula psikologi agama menurut Prof.Dr. Zakiah Darajat (1970: 15) adalah
mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam
kelakuan dan tindak agama orang itu dalam hidupnya.
Dalam banyak kasus,
pendekatan psikologi agama, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
digunakan untuk membangkitkan perasaan dan kesadaran agama. Demikian pula dalam
lapanagan pendidikan, psikologi agama dapat difungsikan pada pembinaan moral
dan keagamaan peserta didik.
nambahin gan tentang pengertian psikologi menurut para ahli
BalasHapushttp://kampusungu.com/pengertian-psikologi-menurut-para-ahli.html