Mencegah Sakit Kepala dengan Sirsasana

Hidup sehat memang merupakan dambaan semua orang. Apapun bisa kita lakukan apabila
tubuh ini dalam keadaan sehat. Bayangkan saja, meskipun punya uang banyak, mobil mewah, pakaian trendy tetapi kita dalam keadaan sakit, seakan-akan barang elit itu tiada guna. Kesehatan itu mahal, mungkin itu pernyataan yang tepat untuk digunakan. Kenapa? Karena sakit itu tidak memandang usia, jenis kelamin, rupa atau lainnya, kalau sudah waktunya sakit ya sakit.
            Lebih baik mencegah daripada mengobati, ini juga menjadi salah satu kata yang sangat enak didengar dan memang benar adanya. Dan tentunya kita juga harus yakin bahwa dengan pencegahan yang kita lakukan penyakit apapun akan bisa diantisipasi. Terkait penyakit ada satu penyakit yang sering diderita oleh orang-orang di era modern ini, yaitu sakit kepala (pusing). Penyebabnya sesungguhnya bervariasi, karena tekanan darah rendah, kecapekan, aliran darah ke otak tidak maksimal, atau bahkan yang paling aneh karena kebanyakan tidur. Sakit kepala sungguh tidak mengenakan, seakan-akan kepala ini bisa dikocok dan sangat menyakitkan. Kalau sudah sakit, memang obat banyak di warung-warung atau bisa ke dokter. Tetapi tahukah sahabat efek sampingnya? Menkonsumsi obat-obatan secara rutin itu tidak baik untuk sel-sel saraf, apalagi obat-obat dengan kandungan bahan kimia yang sifatnya paten (keras).
            Lalu bagaimana solusinya? Jawabannya sungguh sederhana yaitu dengan rutin melakukan salah satu gerakan yoga yaitu sirsasana. Sirsasana adalah sikap tegak dengan tumpuan kepala (sirsa = kepala, asana = sikap tubuh). Dengan bahasa lain sirsasana ini adalah sikap yoga dengan posisi kepala menjadi tumpuan di lantai (bagi sahabat yang ingin tahu cara melakukan sirsasana klik disini). Dengan sikap sirsasana ini, aliran darah akan diperlancar ke otak, kepala pusing yang biasanya terjadi karena kurangnya supply darah ke otak perlahan bisa di antisipasi dengan gerakan ini. Memang sudah ada jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh termasuk ke otak, tetapi perlu juga kita ingat bahwa terkadang kinerja jatung  dapat melemah apalagi seiring dengan bertambahnya usia. Cukup dengan melakukan sirsasana selama 7-10 menit secara rutin, kalau tidak ada hambatan pasti anda akan bisa terhindar dari penyakit kepala. Perlu bukti? Saya buktinya, terkadang ketika terlalu capek melakukan aktivitas dan kekurangan minum saya sering merasakan kepala saya sakit dan bahkan seperti dapat terkocok dan itu menimbulkan rasa yang sangat menyakitkan. Tetapi syukurnya saya juga seorang praktisi Yoga yang mengenal tentang gerakan ini, saya langsung melakukan sirsasana, alhasil beberapa saat kemudian sakit kepala mulai memudar dan bisa lebih menikmati aktivitas.

            Tapi harus diingat ketika melakukan Sirsasana hindari pada saat perut sedang kenyang (selepas makan), baiknya dalam keadaan perut kosong lebih baik lagi apabila baru keluar dari toilet. Hindari pula melakukan gerakan ini pada siang hari, karena pada siang hari cairan tubuh sedang bergejolak. Bagi anda yang pemula bisa melakukan gerakan ini dengan menempelkan tubuh di tembok, tetapi bagi yang mau melakukan tanpa bersandar juga bisa, dan bagi anda yang mau belajar tekhniknya bisa klik disini. Baiklah, hanya itu yang dapat saya postingkan, selamat mencoba dan semoga sehat selalu.

SIRSASANA: Cara melakukan Sirsasana

Sirsasana (Sikap Tegak dengan tumpuan kepala)
Secara etimologi sirsasana berasal dari dua kata “sirsa” berarti kepala dan “asana” berarti sikap tubuh. Jadi sirsana adalah sikap tubuh yang menggunakan kepala sebagai tumpuan dari pusat keseimbangan sehingga terbentuk posisi kepala di bawah kaki di atas. Bagi para pemula sirsasan ini merupakan gerakan yang cukup menyulitkan karena untuk mendapat keseimbangan memerlukan latihan secara rutin. Akan tetapi dibalik kesulitan yang biasa ditemui oleh para pemula, hal yang bisa menjadi solusi adalah mengetahui tekhniknya. Jadi dengan mengetahui tekhnik yang benar akan memberikan kemudahan tersendiri dalam melakukan latihan.
Pertama-tama duduklah dalam sikap Vajrasana, kemudian bungkukkan tubuh ke depan hingga kepala menyentuh lantai dan letakkan kedua lengan bawah di atas lantai dengan jari-jari tangan dikaitkan dan siku di depan lutut (tahap I). Setelah itu angkatlah kedua lutut dan pantat hingga kedua kaki lurus (tahap II). Selanjutnya secara perlahan gerakkan kedua kaki ke arah tubuh dan biarkan kedua lutut menekuk sehingga punggung tegak lurus dan paha menekan dan dada bagian bawah. Kemudian perlahan pindahkan berat badan dari jari-jari kaki ke kepala dan kedua lengan anda, serta angkatlah kaki beberapa inci dari lantai (tahap III). Ketika sudah seimbang, angkat dan luruskan kedua pinggul sehingga paha bergerak ke atas dan jauh dari tubuh (tahap IV dan V), kemudian luruskan kedua kaki, tubuh harus benar-benar lurus pada sikap akhir, apabila nanti sudah dirasa cukup lalu perlahan lipatlah kembali kedua kaki dan turunkan jari-jarinya dengan lembut ke lantai. (lihat gambar dibawah!) 












Nafas:
Tahanlah nafas di dalam ketika mengambil dan kembali dari sikap Sirsasana. Bernafaslah secara normal pada sikap akhir.
Lamanya:
Untuk hasil yang optimal bisa dilakukan antara 7-10 menit secara rutin
Manfaatnya:

Sirsasana meningkatkan aliran darah ke otak dan kelenjar otak yang membantu memperbaiki banyak bentuk saraf dam penyakit kelenjar, terutama yang berhubungan dengan jaringan reproduksi. Asana ini menghilangkan berbagai gangguan kejiwaan, dan melenyapkan sakt kepala, asma, alergi, kurang tenaga, dan lainnya.

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA

Judul Buku    : Buku Ajar Psikologi Agama
Pengarang      : Dr. I Made Titib dan Drs. I Ketut Mardika
Tahun terbit  : 2004
Halaman         : 9 - 24
Diresume oleh: I Wayan Rudiarta

Related Post:

BAB II
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA

A.      SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA
Berdasarkan sumber barat, para ahli psikolog agama mulai populer sekitar akhir abad ke-19. Sekitar masa itu psikologi yang semakin berkembang digunakan sebagai alat untuk kajian agama. Menurut Thouless, sejak terbitnya buku The Varieties of Religious Experinece tahun 1903, sebagai kumpulan dari materi kuliah William James di empat Universitas di Skotlandia, maka langkah awal dari kajian psikologi agama mulai diakui para ahli psikologi. Maka dalam jangka waktu tiga puluh tahun kemudian banyak buku-buku lain diterbitkan sejalan dengan konsep-konsep yang serupa.
Sejak kajian-kajian tentang psikologi agama tampaknya tidak hanya terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut kehidupan keagamaan secara umum, melainkan juga masalah-masalah khusus. J.B. Pratt (1920) misalnya, mengkaji mengenai kesadaran beragama melalui bukunya The Religious Consciousness, Dame Julian yang mengkaji tentang wahyu dengan bukunya Revelations of Devine Love tahun 1901. Selanjutnya kajian-kajian psikologi agama juga tidak terbatas pada agama-agama yang ada di barat (kristen) saja melainkan juga agama-agama yang ada di timur. Sejalan dengan itu para penulis non-Barat juga mulai menerbitkan buku-buku mereka. Tahun 1947 terbit buku The Song of God : Bhagavad Gita, terjemahan Isherwood dan Prabhavananda, kemudian tahun 1952 Swami Madhavananda menulis buku Viveka-Chumadami of Sankaracharya yang disusul oleh penulis India lainnya The Nyanoponika dengan judul The Life of Sariptta.
Di tanah air sendiri mengenai psikologi agama ini baru dikenal sekitar tahun 1970-an, yaitu oleh Prof.Dr. Zakiah Darajat. Ada sejumlah buku yang beliau tulis untuk kepentingan buku pegangan bagi mahasiswa di lingkungan IAIN. Di luar itu kuliah mengenai psikologi agama juga sudah diberikan, khususnya di fakultas Tarbiyah oleh Prof.Dr. Zakiah Darajat sendiri.
Seperti dimaklumi, bahwa psikologi agama tergolong cabang psikologi yang berusia muda. Berdasarkan  informasi dari berbagai literatur, dapat disimpulkan bahwa kelahiran psikologi agama sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang. Selain itu pada tahap-tahap awalnya psikologi agama didukung oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu. Sebagai disiplin ilmu, boleh dikatakan bahwa psikologi agama dirujuk dari karya penulis barat, antara lain karya Jonathan Edward, Emile Durkheim, E.B. Taylor maupun Stanley Hall yang memuat kajian mengenai suku-suku primitif dan mengenai konversi agama. Kajian sosiologi dan antropologi budaya ini menampilkan sisi-sisi kehidupan masyarakat suku primitif dan sikap mereka terhadap sesuatu yang dianggap sebagai adikodrati (supranatural).
Ada banyak sekali kajian-kajian yang dilakukan oleh para ilmuwan muslim terkait agama, namun sayangnya karya-karya tersebut tidak sempat dkembangkan menjadi disiplin ilmu sendiri, yaitu psikologi agama seperti halnya yang dilakukan oleh kalangan ilmuwan barat. Ada beberapa alasan yang barangkali dapat dijadikan penyebab. Pertama, sejak masa kemunduran negara-negara islam, perhatian para ilmuwan terhadap kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan mulai menurun, karena bagaimanapun pengembangan ini memerlukan biaya cukup banyak. Kedua, sejak penyerangan bangsa Mongol ke pusat peradaban Islam (Baghdad), dan kekalahan islam di Andalusia, terjadi pemusnahan karya para ilmuwan muslim. Ketiga, sikap kurang terpuji dari ilmuwan barat sendiri (terutama setelah zaman kemunduran islam) yang umumnya kurang menghargai karya-karya ilmuwan muslim. Keempat, karya-karya ilmuwan muslim di zamnnya dikenal dengan sebutan yang berkonotasi keagamaan mufassirin (ahli tafsir), muhaddisin (ahli hadis), fiqaha (ahli fiqh), ataupun ahl al-hikmat (filosof). Dengan demikian karya-karya mereka diidentikkan dengan ilmu-ilmu yang murni agama (islam) atau filsafat.
Adapun di tanah air, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan dan bidang kedokteran. Diantaranya karya-karya awal yang berkaitan dengan psikologi agama adalah buku Agama dan Kesehatan Badan Jiwa (1995), tulisan Prof. Dr. H. Aulia. Kemudian tahun 1957, S.S Djaman menulis buku Islam dan Psikosomatik, Dr. Nici Syukur Lister, menulis buku Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi Agama. Adapun pengenalan psikologi agama di lingkungan perguruan tinggi dilakukan oleh Prof. Dr. H.A. Mukti Ali dan Prof. Dr. Zakiah Darajat.
Sejak menjadi disiplin ilmu yang berdiir sendiri, perkembangan psikologi agama dinilai cukup pesat dibandingkan dengan usianya yang masih tergolong muda. Hal ini antara lain disebabkan selain bidang kajian psikologi agama menyangkut kehidupan manusia secara pribadi, maupun kelompok, bidang kajiannya juga mencakup permasalahan yang menyangkut perkembangan usia manusia. Selain itu sesuai dengan bidang cakupannya, ternyata psikologi agama termasuk ilmu terapan yang banyak menfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Nampaknya pula, para ilmuwan dan agamawan yang semula berselisih pendapat mengenai psikologi agama ini, kini seakan menyatu dalam kesepakatan yang tak tertulis, bahwa dalam kehidupan modern ini, peran agama menjadi kian penting. Dan pendekatan psikologi agama dapat digunakan dalam memecahkan berbagai problema kehidupan yang dihadapi manusia sebagai makhluk yang memiliki nilai-nilai peradaban dan moral.

B.       BEBERAPA METODE DALAM PSIKOLOGI AGAMA
Sebagai disiplin yang otonom, psikologi agama juga memiliki metode penelitian ilmiah. Kajian dilakukan dengan fakta-fakta berdasarkan data yang terkumpul dan dianalisis secara obyektif. Agar penelitian agama dapat dilakukan lebih netral, dalam arti tidak memihak kepada suatu keyakinan atau menentangnya, maka diperlukan adanya sikap obyektif. Olehnya, dalam penelitian psikologi agama perlu diperhatikan beberapa hal, seperti:
1)      Memiliki kemampuan dalam meneliti kehidupan dan kesadaran bathin manusia.
2)      Memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pengalaman dapat dibuktikan secara empiris.
3)      Dalam penelitian harus bersikap filosofi spiritualistis.
4)      Tidak mencampuradukkan antara fakta dengan angan-angan atau perkiraan khayali
5)      Mengenal dengan baik masalah-masalah psikologi dan metodenya.
6)      Memiliki konsep mengenai agama serta mengetahui metodeloginya.
7)      Menyadari tentang adanya perbedaan antara ilmu dan agama.
8)      Mampu menggunakan alat-alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ilmiah.
Dalam meneliti ilmu jiwa agama menggunakan sejumlah metode, yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.        Dokumen Pribadi (Personal Document)
Metode ini digunakan untuk mempelajari tentang bagaimana pengalaman dan kehidupan seseorang dalam hubungannya dengan agama. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa agama merupakan pengalaman bathin yang bersifat individu di kala seseorang merasakan sesuatu yang gaib, maka dokumen pribadi dinilai dapat memberikan informasi yang lengkap. Dalam penerapan metode dokumen pribadi ini dilakukan dengan berbagai cara atau teknik-teknik tertentu. Diantaranya adalah:
a.         Teknik Nomotik
Nomotik merupakan pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami tabiat atau sifat-sifat dasar manusia dengan cara mencoba menetapkan ketentuan umum dari hubungan antara sikap dan kondisi-kondisi yang dianggap sebagai penyebab terjadinya sikap tersebut. Sedangkan sikap yang terlihat sebagai kecenderungan sikap umum itu dinilai sebagai gabungan sikap yang terbentuk dari sikap-sikap individu yang ada di dalamnya. Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari perbedaan-perbedaan individu.
Nomotik yang digunakan dalam studi tentang kepribadian adalah mengukur perangkat sifat seperti kejujuran, ketekunan, dan kepasrahan sejumlah individu dalam suatu kelompok. Ternyata ditemukan bahwa sifat-sifat itu ada pada setiap individu, namun jadi berbeda oleh hubungan antara sifat itu dengan sikap seseorang. Nomotik membantu dalam penelitian psikologi agama, antara lain untuk melihat sejauh mana hubungan sifat dasar manusia dengan sikap keagamaan.
b.        Teknik Analisis Nilai (Value Analysis)
Teknik ini digunakan dengan dukungan analisis statistik. Data yang terkumpul diklasifikasikan menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan penilaian terhadap individu yang diteliti. Teknik statistik yang digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa ada sejumlah pengalaman keagamaan yang dibahas dengan menggunakan bantuan ilmu eksata, terutama dalam mencari hubungan antara sejumlah variabel.
c.         Teknik Idiography
Teknik ini juga merupakan pendekatan psikologi yang digunakan untuk memahami sifat-sifat dasar (tabiat) manusia. Berbeda dengan nomotik, maka idiography lebih berpusat pada hubungan antara pusat-pusat dimaksud dengan keadaaan tertentu dan aspek-aspek kepribadian semestinya mencakup sifat-sifat dasar yang merupakan ciri khas masing-masing individu dalam upaya untuk memahami seseorang. Pelopor dari penggunaan teknik idiografi dalam psikologi agama adalah Gordon Allport.
Idiografi sebagai pelengkap dari teknik nomotik untuk mempelajari sifat-sifat dasar manusia secara individu yang berada dalam satu kelompok.


d.        Teknik Penilaian Terhadap Sikap (Evaluation Attitudes Technique).
Teknik ini digunakan dalam penelitian dalam terhadap biografi, tulisan, atau dokumen yang ada hubungannya dengan individu yang akan diteliti. Berdasarkan dokumen tersebut kemudian ditark kesimpulan, bagaimana pendirian seseorang terhadap persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam kaitan hubungan dengan pengalaman dan kesadaran agama.
2.        Kuisioner dan Wawancara
Metode kuisioner maupun wawancara digunakan mengumpulkan data informasi yang lebih banyak dan mendalam secara langsung kepada responden. Metode ini dipandang memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
1)      Dapat memberi kemungkinan untuk memproleh jawaban yang cepat dan segera.
2)      Hasilnya dapat dijadikan dokumen pribadi tentang seseorang, serta dapat pula dijadikan data nomotik.
Selain pertimbangan tersebut, metode ini juga memiliki kelemahan-kelemahan, seperti:
1)      Jawaban yang diberikan terikat oleh pertanyaan sehingga responden tak dapat memberikan jawaban secara lebih jelas.
2)      Sulit untuk menyusun pertanyaan yang mengandung tingkat relevansi yang tinggi, karena itu diperlukan ketrampilan yang khusus untuk itu.
3)      Kadang-kadang sering terjadi salah penafsiran terhadap pertanyaan yang kurang tepat, dan tidak semua pertanyaan sesuai untuk setiap orang.
4)      Untuk memproleh jawaban yang tepat, dibutuhkan adanya jalinan kerjasama yang baik antara penanya dan responden.
Dalam penerapan metode kuisioner dan wawancara dilakukan dalam berbagai bentuk. Diantara cara yang digunakan adalah teknik pengumpulan data melalui:
1)      Pengumpulan pendapat masyarakat (Public Opinion Polls)
2)      Skala penilaian (Rating scale)
3)      Test
4)      Eksperimen
5)      Observasi melalui pendekatan Sosiologi dan Antropologi (Sociologi and Anthropological Observation)
6)      Studi agama berdasarkan Pendekatan Antropologi Budaya
7)      Pendekatan terhadap perkembangan (Development approach)
8)      Metode klinis dan proyektivitas (Clinical Methode and Projectivity Technique)
9)      Metode umum proyektivitas
10)  Apersepsi Nomotik (Nomothatic Apperception)
11)  Studi kasus (Case Study)
12)  Survei
Metode kuesioner dan wawancara dengan berbagai tekniknya seperti dikemukakan di atas, biasanya digunakan untuk tujuan-tujuan seperti:
a.      Untuk mengetahui latar belakang keyakinan agama
b.      Untuk mengetahui bentuk hubungan manusia dengan Tuhannya.
c.      Untuk mengetahui dampak dari perubahan-perubahan yang terjadi.
Selain dari tujuan tersebut, dalam kaitannya dengan penelitian psikologi agama juga dapat digunakan untuk tujuan-tujuan lain, misalnya:
a.       Untuk kepentingan pembahasan mengenai hubungan antara penyakit mental dan keyakinan agama.
b.      Untuk dijadikan bahan guna membentuk kerja sama antara ahli psikologi dengan ahli agama

c.       Juga untuk kepentingan meneliti dan mempelajari kejiwaan para tokoh agama, termasuk para pembawa ajaran itu sendiri seperti Nabi.

Yoga: antara Agama atau Olah Tubuh

Yoga sudah menjadi salah satu tekhnik olah tubuh yang sangat digemari dewasa ini. Yoga yang dimaksud disini tentunya adalah Yoga asanas yang lebih menekankan pada aspek olah fisik. Berbagai manfaat bisa dirasakan setelah melakukan Yoga asanas secara rutin seperti daya tahan tubuh meningkat, postur tubuh terjaga, keseimbangan tubuh terjaga, konsentrasi tetap, dan tentunya penampilan menjadi lebih cerah. Dengan berbagai manfaat itulah membuat banyak kalangan sekarang ini mulai menjadikan Yoga sebagai suatu kebutuhan. Yoga pula menjadi pilihan bagi para insan yang ingin berkeringat tanpa memaksa kinerja jantung, atau ingin berolahraga sambil melakukan olah jiwa.
            Yoga memang banyak sekali jenisnya, tetapi saya lebih menekuni ke aliran Hatha Yoga. Jadi dalam Hatha Yoga ini lebih memfokuskan pada Asana, Pranayama, Bhanda dan Mudra. Walaupun fokus pada 4 aspek tersebut, tetapi dalam prakteknya yang sering digunakan dalam latihan adalah asana dan pranayama yang disertai dengan relaksasi. Untuk Mudra dan Bandha biasanya lebih mengarah ke hal yang sifatnya spiritual, biasa digunakan untuk meditasi bahkan kalau sudah mampu hingga mencapai titik semadhi. Akan tetapi pada kesempatan ini kita fokuskan saja pada Yoga untuk kesehatan, mengingat sebagian besar orang yang mengikuti Yoga untuk mendapatkan kesehatan baik secara fisik maupun mental.
            Yoga merupakan salah satu filsafat India yang tergabung dalam Sad Darsana. Yoga mengakui kewenangan Weda sebagai otoritas tertinggi dan itu menunjukkan bahwa Yoga ini hasil pemikiran para tokoh-tokoh Hindu. Bapaknya ajaran Yoga adalah Maharsi Kapila yang merupakan pendiri Samkhya Darsana, sedangkan pendiri Yoga sendiri adalah Maharsi Patanjali. Apa bedanya bapaknya ajaran Yoga dengan pendiri Yoga? Bedanya bapaknya ajaran Yoga adalah yang menjadi inspirasi untuk berdirinya konsep Yoga, sedangkan pendirinya adalah yang menyusun apa saja isi dari ajaran Yoga itu. Sebagaimana juga disebutkan dalam ajaran Darsana, bahwa ajaran Yoga mengambil 25 tattwa ajaran Samkhya. Jadi bisa dibayangkan betapa miripnya kedua ajaran ini, bedanya kalau Yoga percaya dengan Tuhan dan lebih menekankan pada pembebasan, sedangkan Samkhya menekankan pada penciptaan alam semesta.
            Sesungguhnya Yoga sudah ada jauh sebelum manusia mengenal agama, jadi akan ada kesalahan apabila menyebutkan bahwa Yoga merupakan agama. Banyak kalangan yang menyebut Yoga itu haram, Yoga itu Musrik atau lainnya, karena mereka memandang Yoga sebagai sebuah agama yang berbeda dengan agamanya. Itu tidak salah, tetapi ada sedikit kekeliruan. Yoga itu sifatnya murni dan universal, tidak diciptakan untuk golongan atau komunitas tertentu. Yoga akan memberikan manfaatnya bagi siapapun yang mempercayai ajarannya. Apalagi di era modern ini, Yoga yang populer itu lebih hanya sebatas asana, atau olah tubuh. Jadi kalau olah tubuh disebut sebagai agama bagaimana pemaknaan agama itu sesungguhnya.
            Barangkali sering didengar bahwa sebelum dan sesudah Yoga orang sering melantunkan doa, tapi itu murni doa untuk memohon keselamatan, bukan doa mutlak yang harus dilakukan dalam Yoga. Berdoapun bisa dilakukan sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing-masing, jadi betapa fleksibel dan lenturnya Yoga itu. Walaupun di atas disebutkan Yoga sebagai hasil pemikiran tokoh Hindu, tetapi Yoga tidak pernah menginstruksikan untuk dilakukan dengan cara Hindu, dengan cara apapun anda melakukannya semasih sejalan dengan tujuan dari ajaran Yoga tersebut maka Yoga yang anda lakukan layak untuk disebut Yoga. Sekali lagi Yoga bukan agama, tetapi Yoga berada di atas agama. Yoga tidak mengenal agama, tetapi tidak melarang pelakunya untuk beragama.

Bagaimana? Anda masih berpikir Yoga itu agama. Silahkan renungi kembali artikel saya ini dan buatlah pemikiran anda menjadi lebih luas tentang Yoga ini. Salam Yoga!!!!

Vira Bhadrasana (Warior Pose)

Gerakan ini mengambil filosofi dari prajurit perang, diceritakan Ketika Shiva mendapat kabar kematian Sati, ia sangat terpukul. Dia menarik keluar seberkas rambut dan mengarahkan itu ke tanah, sampai muncul sosok prajurit. Shiva menamai prajurit itu, Virabhadra. Vira (pahlawan) + Bhadra (teman).
·         Teknik:
Mulai dengan posisi kaki terbuka kemudian tekuk salah satu kaki membentuk sudut 90o, rentangkan tangan pandangan lurus kesamping, lalu sikap tangan anjali dan tarik nafas dengan mengangkat tangan dan pandangan di ujung jari.
Hembuskan nafas dengan tangan memegang pergelangan kaki yang searah, tarik nafas ketika kembali ke posisi semula.
·         Manfaat:

Melatih keseimbangan saraf dan meningkatkan konsentrasi, melatih otot kaki (paha).
Related Post:

TRIKONASANA (Triangle Pose)

Gerakan ini mengambil filosofi dari bentuk segitiga. Ada beberapa variasi dari gerakan ini.
  • Tekhnik:
Pada saat melakukan gerakan ini harus selalu berkonsentrasi pada peregangan yang terjadi. Ketika sikap akhir pandangan diarahkan ke atas dengan leher pada keadaan santai, hal ini bertujuan agar berlangsung pemijatan pada daerah otot-otot leher. Trikonasana juga bagus dilakukan secara dinamis ketika melakukan Yoga rutin.
·         Pranayama:
Menarik nafas ketika mengangkat tangan, hembuskan ketika menekukkan tubuh, dan tarik kembali ketika berdiri pada posisi tegak.
·         Manfaat:

Merangsang susunan saraf dan mengurangi ketegangan saraf, mendorong nafsu makan, menghilangkan sembelit, dan pemijatan di daerah pinggang, perut dan punggung.


Related Post:

PENGERTIAN PSIKOLOGI AGAMA

Pengarang      : Dr. I Made Titib dan Drs. I Ketut Mardika
Tahun terbit  : 2004
Halaman         : 1-8
Diresume oleh: I Wayan Rudiarta

BAB I
PENDAHULUAN

A.      PENGERTIAN PSIKOLOGI AGAMA
Psikologi agama menggunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda. Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab. Manusia mungkin saja memanipulasi apa yang dialaminya secara kejiwaan, sehingga dalam sikap dan tingkah laku terlihat berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan keadaannya dengan keadaan sebenarnya. Selanjutnya, agama juga menyangkut masalah yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia. Agama sebagai bentuk keyakinan, memang sulit diukur secara tetap dan rinci. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa sangatlah sulit memberi definisi pada agama itu sendiri. Namun di balik hal itu, Harun Nasution mendefinisikan agama berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-din (semit) berarti undang-undnag atau hukum. Kemudian bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari kata a= tidak, gam= pergi mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-tumurun.
Intisari pengertian agama menurut Harun Nasution (1974: 10) adalah ikatan, karena agama itu mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Harun Nasution (1974: 11) merumuskan ada 4 unsur yang terdapat dalam agama yaitu:
a.       Kekuatan gaib, yang diyakini berada di atas kekutan manusia. Didorong oleh kelemahan dan keterbatasanya, manusia merasa berhajat akan pertolongan dengan cara menjaga dan membina hubungan baik dengan kekuatan gaib.
b.      Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan  nasib buruk manusia.
c.       Respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon ini dalam realisasinya terlihat dalam bentuk penyembahan karena didorong oleh perasaan takut (agama primitif) atau pemujaan yang didorong oleh perasaan cinta (Monoteisme), serta bentuk cara hidup tertentu bagi penganutnya.
d.      Paham akan adanya kudus dan suci.
Di sisi lain, menurut Robert H Thouless (1992: 24) dalam kaitannya dengan psikologi agama, ia menyarankan definisi agama adalah sikap (cara penyesuaian diri) terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan lebih luas daripada lingkungan dunia fisik yang terikat ruang waktu.
Dari semua pengertian tersebut, dapat didefinisikan bahwa psikologi agama merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi.

B.       RUANG LINGKUP DAN KEGUNAANNYA
Sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama memiliki ruang lingkup pembahasannya tersendiri yang dibedakan dari disiplin ilmu yang mempelajari masalah agama yang lainnya. Sebagai contoh, dalam tujuannya psikologi agama dengan perbandingan agama memiliki tujuan yang tidak jauh berbeda yakni mengembangkan pemahaman terhadap agama dengan mengaplikasikan metode-metode penelitian yang bertipe bukan agama dan bukan teologis. Bedanya adalah bila ilmu perbandingan agama cenderung memusatkan perhatiannya pada agama-agama primitif dan eksotis tujuannya adalah untuk mengembangkan pemahaman dengan memperbandingkan satu agama dengan agama lainnya. Sebaliknya psikologi agama, memusatkan kajiannya pada agama yang hidup dalam budaya suatu kelompok atau masyarakat itu sendiri. Kajiannya terpusat pada pemahaman terhadap perilaku keagamaan tersebut dengan menggunakan pendekatan.
Zakiah Daradjat (1970: 12-15) menyampaikan ruang lingkup yang disebut lapangan kajian psikologi agama sebagai berikut:
1.      Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama orang biasa (umum), seperti rasa lega dan tentram sehabis sembahyang.
2.      Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individu terhadap Tuhannya, misalnya rasa tentram dan kelegaan hati.
3.      Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.
4.      Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah laku dalam kehidupan.
5.      Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci kelegaan batinnya.
Semuanya menurut Zakiah Darajat (1970:15) tercakup dalam kesadaran agama dan pengalaman agama. Yang dimaksud dengan kesadaran agama adalah bagian/segi agama yang hadir (terasa) dalam pikiran yang merupakan aspek mental dari aktifitas beragama. Sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Karenanya psikologi agama tidak mencampuri segala bentuk permasalahan yang menyangkut pokok keyakinan suatu agama, termasuk tentang benar salahnya atau masuk akal dan tidaknya keyakinan agama. Tegasnya psikologi agama hanya mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa yang memantul dan memperlihatkan diri dalam prilaku dalam kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia. Dan dengan demikian pula psikologi agama menurut Prof.Dr. Zakiah Darajat (1970: 15) adalah mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindak agama orang itu dalam hidupnya.
Dalam banyak kasus, pendekatan psikologi agama, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat digunakan untuk membangkitkan perasaan dan kesadaran agama. Demikian pula dalam lapanagan pendidikan, psikologi agama dapat difungsikan pada pembinaan moral dan keagamaan peserta didik.

ADMINISTRASI

1.        Pengertian Administrasi
Secara sederhana administrasi berasal dari kata Latin “ad” dan “ministoi”. Ad mempunyai arti “Kepada” dan ministro berarti “melayani”. Secara bebas dapat diartikan bahwa administrasi itu merupakan pelayanan atau pengabdian terhadap subjek tertentu. Kini administrasi itu telah mengalami perkembangan yang pesat sehingga administrasi ini mempunyai pengertian atau konotasi yang luas. Secara garis besarnya pengertian itu antara lain sebagai berikut:
-          Mempunyai pengertian sama dengan manajemen;
-          Menyuruh orang agar bekerja secara produktif;
-          Memanfaatkan manusia, material, uang, metode secara terpadu;
-          Mencapai suatu tujuan melalui orang lain;
-          Fungsi eksekutif pemerintah.
Dari semua itu, definisi lagi muncul bahwa yang dimaksud administrasi adalah upaya mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan orang-orang dalam suatu pola kerjasama. Sehingga dari uraian-uraian tersebut yang menjadi perhatian administrasi adalah tujuan, manusia, sumber, dan juga waktu. (Daryanto, 2010: 1-2)
Disamping pengertian tersebut, ada pula pengertian administrasi menurut para ahli, di antaranya:
a.       Sondang P. Siagian, MPA.PhD
Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalotas tertentu, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan seblumnya.
b.      Ars. The Liang Gie, dalam Pengertian, Kedudukan dan Ilmu Administrasi mengatakan bahwa:
Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilaksanakan oleh sekelompok orang dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
c.       Drs. Soehari Trisna, dalam Segi-Segi Administrasi Sekolah.
Administrasi adalah keseluruhan proses penyelenggaraan dalam usaha kerja sama dua orang atau lebih dengan secara rasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara efisien.
d.      Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, dalam Pedoman Pelaksanaan Kurikulum, buku III D.
Administrasi adalah usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber (personel maupun material) secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
e.       Dll. (Daryanto, 2010: 7-8)
Melihat rumusan-rumusan tersebut di atas, jelaslah kiranya behwa admnistrasi pendidikan meliputi berbagai aspek kegiatan yang kesemuanya ditujukan untuk mencapai tujuan penddikan yang dicita-citakan. (Daryanto, 2010: 9)


2.        Dasar dan Tujuan
Dasar
            Administrasi akan berhasil baik apabila didasarkan atas dasar-dasar yang tepat. Dasar diartikan sebagai suatu kebenaran yang fundamental yang dapat dipergunakan sebagai landasan dan pedoman bertindak dalam kehidupan bermasyarakat. Berikut beberapa dasar yang perlu diperhatikan agar administrator dapat mencapai sukses dalam tugasnya, antara lain
a.         Prinsip efisiensi
Seorang administrasi akan berhasil dalam tugasnya bilamana dia efisien dalam menggunakan semua sumber tenaga dana dan fasilitas yang ada.
b.        Prinsip pengelolaan
Administrator akan memproleh hasil yang paling efektif dan efisien melalui orang-orang lain dengan jalan melakukan pekerjaan manajemen, yakni merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengontrol.
c.         Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan
Jika disertai pekerjaan manajemen dan operatif dalam waktu yang sama, seorang administrator cenderung memberikan prioritas pada pekerjaan operatif. Namun hal itu salah, seharusnya ia fokus pada pekerjaan utamanya yakni melakukan manajemen, karena bila sibuk dengan tugas operatif, pengelolaan akan terbengkalai.
d.        Prinsip kepemimpinan yang efektif
Seorang administrator yang berhasil dalam tugasnya apabila ia menggunakan gaya kepemimpinan yang efektif, yakni yeng memperhatikan dimensi-dimensi hubungan antar manusia, dimensi pelaksanaan tugas dan dimensi situasi dan kondisi yang ada.
e.         Prinsip kerjasama
Seorang administrator akan berhasil baik dalam tugasnya bila ia mampu mengembangkan kerjasama di antara orang-orang yang terlibat, baik secara horizontal maupun secara vertikal. (Daryanto, 2010: 12-14)
Tujuan
            Kalau diperhatikan rumusan administrasi pendidikan di atas, sesungguhnya dapat dibayangkan  mengenai apa yang menjadi tujuan administrasi itu. Tujuannya tidak lain adalah agar semua kegiatan  itu mendukung tercapainya tujuan pendidikan atau dengan kata lain administrasi digunakan di dalam dunia pendidikan adalah agar tujuan pendidikan tercapai. (Daryanto, 2010: 17)
            Sergiovanni dan Carver (1975), mengutarakan ada empat tujuan administrasi, yaitu: efektivitas produksi, efisiensi, kemampuan menyesuaikan diri (adaptiveness), dan kepuasan kerja. Keempat tujuan tersebut dapat digunakan sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu penyelenggaraan sekolah. Di samping itu juga dalam pencapaian tujuan berusaha seefisien mungkin, yaitu dengan daya, dana dan tenaga yang sekecil mungkin tetapi hasil yang sebanyak mungkin. Lulusan tadi diharapkan dapat melanjutkan ke sekolah lanjutannya. Sebagai tujuan yang ketiga yaitu adaptiveness dan yang tidak kalah pentingnya dalam kegiatan sekolah juga tujuan untuk memberikan kepuasan kerja bagi semua karyawannya. (Daryanto, 2010:18)

3.        Ruang Lingkup
Menurut Daryanto dalam Administrasi Pendidikan (2010: 24-25) bidang-bidang yang tercakup dalam administrasi pendidikan adalah sangat banyak dan luas, tetapi yang sangat penting dan perlu diketahui oleh para kepala sekolah dan guru-guru pada umumnya adalah sebagai berikut:
a.       Bidang tata usaha sekolah
b.      Bidang personalia murid
c.       Bidang personalia guru
d.      Bidang pengawasan (supervisi)
e.       Bidang pelaksanaan dan pembinaan kurikulum
Dalam buku “Pedoman Umum Menyelenggarakan Administrasi Sekolah Menengah (1984)”, disebutkan pula mengenai ruang lingkup kegiatan administrasi sekolah adalah meliputi:
-          Administrasi program pengajaran
-          Administrasi murid/siswa
-          Administrasi kepegawaian
-          Administrasi keuangan
-          Administrasi perlengkapan
-          Administrasi surat-menyurat
-          Administrasi perpustakaan
-          Administrasi pembinaan kesiswaan
-          Administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa ruang lingkup administrasi pendidikan itu meliputi segala hal yang pada dasarnya ditekankan pada pelaksanaan kegiatan/usaha pendidikan supaya berjalan secara teratur dan tertib yang semua itu diorientasikan pada tujuan pendidikan. (Daryanto, 2010:27)
4.        Fungsi Administrasi Pendidikan
Agar kegiatan dalam komponen administrasi pendidikan dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan,kegiatan tersebut harus dikelola melalui suatu tahapan proses yang merupakan daur (siklus). Adapun proses administrasi pendidikan itu meliputi fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, komunikasi, supervise kepegawaian dan pembiayaan dan evaluasi. Semua fungsi tersebut satu sama lain bertalian sangat erat. Untuk menadapat gambaran yang lebih jelas tentang fungsi-fungsitersebut di bawah ini akan diuraikan secara lebih rinci.
a.       Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan salh satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan administrasi. Tanpa perencanaan,pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan merupakan kegiatan yang harus dilakukan pada permulaan dan selama kegiatan administrasi itu berlangsung.


b.      Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengorganisasian terdapatadanya pembagian tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab secara terinci menurut bidang-bidang dan bagian-bagian, sehingga dari situ dapat terciptalah adanya hubungan-hubungan kerjasama yang harfmonis dan lancar menuju pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c.       Pengkoordinasian (Coordinating)
Adanya bermacam-macam tugas/pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang, memerlukan adanya koordinasi dari seorang pemimpin. Adanya koordinasi yang baik dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan atau kesimpangsiuran dalam tindakan. Dengan adanya koordinasi yang baik, semua bagian dcan personel dapat bekerja sama menuju ke satu arah tujuan yang telah ditetapkan.
d.      Komunikasi
Dalam melaksanakan suatu program pendidikan, aktivitas menyebarkan dan menyampaikan gagasan-gagasan dan maksud-maksud ke seluruh struktur organisasi sanat penting. Proses menyampaikan atau komunikasi ini meliputi lebih dari pada sekedar menyalurkan pikiran-pikiran, gagasan-gagasan dan maksud-maksud secara lisan atau tertulis.
e.       Supervisi
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program itu. Oleh karena itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Jadi, fungsi supervisi yang terpenting adalah :
1. menentukan kondisi-kondisi/syarat-syarat apakah yang diperlukan
2. memenuhi/mengusahakan syarat-syarat yang diperlukan itu.
f.       Kepegawaian (Staffing)
Sama halnya dengan fungsi-fungsi administrasi pendidikan yang telah diuraikan terdahulu kepegawaian merupakan fungsi yang tidak kalah pentingnya. Agak berbeda dangan fungsi-fungsi administrasi yang telah dibicarakan, dalam kepegawaian yang menjadi titik penekanan ialah personal itu sendiri. Aktivitas yang dilakukan di dalam kepegawaian antara lain : menentukan, memilih, menempatkan dan membimbing personel.
g.      Pembiayaan
Biaya/pambiayaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi karena biaya ini sangat menentukan bagi kelancaran jalannya sebuah organisasi, tanpa biaya yang mencukupi tidak mungklin terjamin kelancaran jalannya suatu organisasi. 

h.      Penilaian (Evaluating)
Evaluasi sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas untuk meneliti dan mengetahui sampai di mana pelaksanaan yang dilakukan di dalam proses keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai denhan rencana atau program yang telah di tetapkan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Setiap kegiatan, baik yang dilakukan oleh unsur pimpinan maupun oleh bawahan, memerlukan adanya evaluasi.
5.        Prinsip-prinsip Administrasi Pendidikan
Prinsip merupakan sesuatu yang di buat sebagai pegangan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Diantara prinsip-prinsip administrasi pendidikan antara lain:
a.       Adanya sumber daya manusia (SDM) atau sekelompokmanusia (sedikitnya dua orang) untuk ditata.
b.      Adanya tugas/fungsi yang harus dilaksanakan maksudnya ada sebuah kerjasama dari sekelompok orang.
c.       Adanya penataan/pengaturan dari kerjasama tersebut.
d.      Adanya non manusia seperti peralatan dan perlengkapan yang diperlukan dan yang harus ditata.
e.       Adanya tujuan yang hendak di capai bersama dari kerjasama tersebut.


KENANGAN KE NEGERI INDIA

PERJALANAN KE INDIA: ART MISSION AND
INTERFAITH DIALOGUE TO INDIA


Pada hari minggu tanggal 12 Oktober 2014 rombongan Art Mission and Interfaith Dialogue to India STAHN Gde Pudja Mataram bersiap-siap untuk berangkat ke India. Pagi-pagi pukul 06.00 rombongan sudah diwajibkan hadir di kampus untuk mempersiapkan berbagai keperluan yang akan dibawa dalam misi ini. Saya yang juga terlibat di dalam tim sudah tiba di kampus tepat pukul 06.00 dan langsung menuju pura Saraswati untuk mohon bimbingan serta tuntunan kepada Sanghyang Aji Saraswati demi kelancaran tugas yang akan dijalankan. Selesai sembahyang, seluruh rombongan mempersiapkan gong, serta pakaian tari untuk diangkut menuju Bandara Internasional Lombok (BIL), selesainya kru yang akan berangkat dari Lombok (berjumlah 41 orang, karena Pak Ardhi Wirawan berangkat dari Bali) melakukan dokumentasi dengan foto bersama. Selanjutnya seluruh barang bawaan pribadi yang berada dalam koper dinaikkan ke bus Damri yang sudah standby dari pukul 06.00 pula. Tak lebih dari pukul 07.00 akhirnya rombongan berangkat menuju BIL dengan jarak tempuh sekitar 45 menit.
Perjalanan dilalui dengan suka cita, dan akhirnya rombongan tiba di BIL. Disana seluruh kru mengeluarkan barang-barang, termasuk mengankut packing gong dan pakaian tari dengan troli. Selanjutnya setelah perlengkapan siap, rombongan yang sudah dibagikan tiket segera masuk ke dalam bandara untuk melakukan check in. Pada saat check in ada masalah kecil yang dialami kru, yakni penerbangan ke Bali tidak menggunakan peswat Lion Air, melainkan Wings Air pesawat yang ukurannya jauh lebh kecil, alhasil gong dan aksesoris lain tidak bisa diangkut semuanya sekalian ke Bali karena melebihi daya tampung. Pimpinan kru akhirnya bernegosiasi dengan pihak bandara, dan ditemukan solusi bahwa perlengkapan akan diangkut dengan pesawat penerbangan ke Bali yang lain. Lama di dalam bandara, akhirnya sekitar pukul 09.30 seluruh rombongan sudah naik pesawat, dan lepas landas sekitar pukul 09.45. perjalanan ke Bali sangat singkat, yakni hanya 30 menit dan seluruh kru tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai. Di Ngurah Rai, rombongan menunggu penerbangan selanjutnya cukup lama, hingga seluruh kru makan siang di dalam Bandara, dengan hidangan nasi kotakan. Sekitar pukul 13.00 rombongan melakukan check in penerbangan ke Thailand, dan disini pertama kali pengalaman saya ke luar negeri akan dimulai. Pemeriksaan ketat dilakukan petugas kepada kami semua, dan syukurnya seluruh rombongan lolos pemeriksaan. Maunya melakukan check in, tetapi ternyata perlengkapan seperti gong belum tiba di Bali (diangkut belakangan dengan pesawat lain) rombongan akhirnya menunggu di dalam bandara, yang mana tidak ada tempat duduk kami semua terpaksa duduk di bawah sambil menahan rasa kantuk. Sekitar pukul 14.00 akhirnya perlengkapan sudah tiba dan kami melakukan check in untuk menuju thailand. Akhirnya pukul 15.00 rombongan lepas landas menuju thailand untuk transit sebelum ke India dengan menggunakan Thai Air.
Sungguh berbeda dengan Wings air yang berukuran kecil, pesawat Thai Air berukuran besar, dan walaupun kami ada di kelas ekonomi pelayanan sangat memuaskan. Kami memproleh makan serta minum dalam pesawat, serta setiap penumpang memproleh selimut untu menjaga kehangatan badan belum lagi ditambah dengan sambutan hangat para awak pesawat. Tersedianya layar TV di setiap kursi penumpang juga membuat kenyamanan penumpang bertambah, sehingga tidak terasa 4 jam penerbangan dari Bali ke Thailand sudah berlalu. Rombongan tiba di Swarnabumi Internasional Ariport Thailand. Karena kebanyakan dari rombongan baru pertama kali ke luar negeri, kamera selalu menjadi teman setia untuk melakukan sesi foto disana sini untuk kenanangan. Dan dari dalam Bandara juga terlihat gemerlapan kota Thailand di malam hari. Di sana rombongan menunggu cukup lama sebelum beragkat ke India yakni sekitar 4 jam, dan kemudian sekitar pukul 23.30 waktu setempat rombongan naik ke pesawat dan kami melanjutkan perjalanan ke India. Pesawat yang digunakan sama dengan yang tadi, sehingga tanpa terasa juga 4 jam berlalu dan kami sampai di Indira Gandhi Internasional Airport. Kebahagiaan menyelimuti wajah seluruh rombongan, karena bisa berada di bumi India. Setelahnya rombongan mengurus administrasi berada di India, kemudian mengambil masing-masing barang. Pihak travel disana sudah menunggu kami untuk perjalanan menuju hotel, akhirnya pukul 03.00 waktu setempat kami berangkat menuju Park Plaza Hotel tempat kami menginap.
Di dalam perjalanan menuju hotel kami bisa menyaksikan bagaimana kondisi India di malam hari, dan ternyata walaupun malam, India tetap ramai, banyak warga yang tetap mengais rezeki di malam hari. 1 jam berlalu, kami tiba di hotel Park Plaza yang terletah di Delhi. Kami langsung check in di hotel dan pembagian kamar, dan saya sendiri sekamar dengan kakak tingkat, yaitu Yoga Pramana. Bersama kak Yoga sayapun kemudian menuju kamar hotel yaitu di kamar 519. Tiba di kamar, karena kecapekan kami berdua langsung tepar karena kecapekan. Pukul 08.00 waktu setempat tanggal 13 Oktober 2014 kami sudah sarapan di hotel. Kelihatan makanan yang disajikan sangat enak, tetapi setelah saya cicipi lidah ini tidak bisa merasakan. Rasanya sulit masuk ke dalam perut makanan yang kami konsumsi disana. Untuk mengisi perut terpaksa saya hanya kenyang dengan buah yang disediakan tanpa peduli makanan yang lain. Selesai sarapan pada hari pertama kami melaksanakan perjalanan ke beberapa tempat sebut saja India Gate, yang konon didirikan pada zaman penajajhan Inggris di India dan bangunan ini menjadi benteng kekuatan. Kemudian Guide mengajak kami untuk melihat dari luar gedung Parlemen dan Gedung Presiden India. Kemudian selsainya kami makan siang di sebuah restoran China. Makan siang baru lumayan mirip dengan masakan Indonesia walaupun rasanya sedikit aneh, namun karena lapar makanan bisa saya lahap. Selesai makan siang rombongan berkunjung ke KBRI dan disana ada perbincangan antara pejabat dengan pihak sana. Selesai dari KBRI, rombongan menuju Indhira Ghandi Center of Art tempat tim art mission akan tampil pada tanggal 14 Oktober. Setelah melakukan perbincangan yang cukup lama dengan pihak Center, rombonganpun beranjak menuju pasar seni di Delhi untuk melepas kepenatan dan mencari barang-barang khas India untuk dijadikan oleh-oleh. Sekitar 1,5 jam rombongan berada disana akhirnya kembali melanjutkan perjalanan menuju restoran untuk makan malam. Masih dengan Chinesse food, rombongan pun melahap makan malam yang disajikan, disana pula kami dibagkan kaos kenang-kenangan dari pihak LPTI travel yang menemani kami selama di India.
Selesai makan malam kami kembali ke hotel, seharian mengelilingi Delhi terasa cukup melelahkan, kesan juga bisa dilihat bahwa India bukanlah negara yang bersih, lingkungan kumuh dimana-mana, kemiskinan disana-sini, dan kehidupan disana sangat keras. Saya jadi berpikir kalau saya sekolah disana kuat apa tidak. Sungguh memprihatinkan kondisi sejumlah saudara kita yang ada disana. Saya teringat juga ketika ada di pasar seni, ada kakek-kakek yang sangat kurus meminta-minta saya sungguh kasihan dengan kakek itu, ingin saya memberi uang tapi, saya teringat dengan nasehat pihak travel jangan memberikan sedekah karena bisa direbut nanti oleh para pengemis disana. Akhirnya niat saya urungkan, namun sampai sekarang sudah di Indonesia saya masih menyesali kenapa saya tidak memberikan saja uang ke kakek itu. Apapun itu sudah berlalu, kembali pada aktivitas malam di hotel, badan yang lelah juga penuh dengan keringat akhirnya saya mandi, setelahnya tertidur dalam hitungan sekejap setelah merebahkan tubuh.
Keesokan harinya kembali kami sarapan di hotel, menu makanan tidak jauh berbeda, tetapi apa boleh buat, daripada lapar saya makan saja makanan yang bisa diterima perut, dan setelah sarapan kami langsung check out dari hotel untuk kemudan menuju Indhira Ghandi Center tempat pementasan. Pukul 08.00 kami sudah bernagkat dana sampai di lokasi skitar pukul 09.30. sesampainya disana, seluruh rombongan menurunkan perlengkapan untuk pementasan, kemudian membuka packing barang-barang untuk selanjutnya ditata. Setelah selesai menata peralatan tabuh, jadwal makan siang tiba, setelahnya seluruh kru bersiap-siap untuk melakukan pemnetasan pada pukul 16.00 waktu setempat. Para penari berhias, penabuh juga berganti kostum hingga pada jadwal yang telah ditetapkan semua sudah siap untuk melakukan pementasan seni. Acarapun dimulai, antusiame penonton juga luar biasa, gedung tempat pementasan terisi penuh dan sebagian besar mengabadikan pementasan yang dilakukan kru. Perlu juga saya sampaiakan bahwa ketika sebagian besar dari rombongan mempersiapkan pementasan, beberapa perwakila STAHN Gde Pudja Mataram ada melakukan pembicaraan terkait MOU yang dilakukan. Kembali pada pementasan, akhirnya selesai kurang lebih dalam durasi 1,5 jam selesainya diadakan sesi foto dan para penonton berebutan untuk foto bersama. Selesai semua kegiatan seluruh kru kembali disibukkan dengan melakukan packing barang kembali, sesudah selesai sekitar pukul 19.00 waktu setempat rombongan berangkat menuju kota yang lumayan jauh yakni Haridwar yang ditempuh 7 jam perjalanan dengan bus, sementara perlengkapan yang di packing tadi dititip di Indhira Gandhi Center.
Akhirnya pukul 02.00 pada tanggal 15 Oktober rombongan tiba di hotel di kota Haridwar, kami melakukan check in, dan kembali saya sekamar dengan Kak Yoga menempat kamar 602. Sesampainya di kamar, layaknya di Park Plaza kami langsung tepar hingga sesuai jadwal keesokan harinya pukul 07.00 kami sudah harus sarapan. Selesainya sarapan kami diajak berkunjung ke Hrisikesh, menggunakan perahu kami menyebrangi sungai gangga. Di Hrisikesh terdapat banyak kuil, sapi juga banyak berkeliaran. Anehnya sapi disana sangat jinak dan saya sempat fotoan sambil mengelus-elus kepala sapi disana. Kuil juga sangat banyak di tempat ini, sehingga kami melakan pemujaan di beberapa kuil. Hrisikesh ini juga terkenal sebagai Yoga Centernya India, sehingga banyak Yogi disana, akan tetapi selama beebrapa jam disana saya tidak melihat dimana ada orang latihan Yoga. Setelah menghabiskan banyak waktu disana kami kembali ke hotel untuk makan siang. Tidak ada istirahat, selesai makan siang kami kembali naik bus untuk menuju tempat persembahyangan Devi Mansha Mandir. Di Mandir bus tidak bisa naik, sehingga pihak travel menyewakan bajaj untuk kami semua, bajaj yang hanya memuat 4 penumpang melaju dengan gesit, saya sampai ketakutan bajaj akan terbalik karena jalan yang dilalui lumayan naik. Akhirnya hkami sampai di Mandir, dan untuk menuju tempat pemujaan rombongan kembali naik kereta gantung. Pengalaman yang luar biasa dalam hidup saya, saya bisa melihat bagaimana indahnya sungai Gangga dari atas, dan sekitar 5 menit melayang kami sampai pada pintu menuju temple di Mandir. Setelah masuk kami masing-masing diberikan daksina ala India oleh pihak travel dan setiap orang diberikan pecahan 10 rupee sejumlah 10 lembar untuk didonasikan.
Rombonngan masuk menuju temple, tidak seperti yang dibayangkan ternyata ada banyak sekali temple disana, dan kami melakukan pemujaan secara bergantian di semua temple, ada temple ganesha, wisnu, siwa, saraswati dan lainnya, sejenak kami bagaikan orang india walaupun dari segi pakaian kami paling aneh karena memakai pakaian adat Bali. Selesai melakukak pemujaan di semua temple, seluruh rombongan kembali berkumpul dan turun  lagi menggunakan jembatan gantung untuk selanjutnya melakukan Aarti Puja di tepi sungai Gangga. Menuju lokasi Aarti puja kami berjalan lumayan jauh dengan melewati para dagang-dagang yang menjual barang khas India, ingin kami berbelanja tetap guide selalu bilang “Remember, no shoping okay!” begitu berulang-ulang sehingga tidak ada yang berani dari rombongan untuk berbelanja takut tertinggal. Akhirnya kami tiba di tepi sungai Gangga, dan menyaksikan betapa meriahnya Aarti Puja yang dihadiri oleh Ribuan umat disana. Sungguh pemandangan religius yang sulit akan saya temukan kembali, olehnya kembali kamera menemani untuk kenang-kenangan.
Selesai menyaksikan masyarakat Hindu India melakukan Aarti Puja, giliran rombongan yang melakukan puja dengan tradisi Hindu kita yang mana di pandu oleh bapak Mangku Murba. Sebelum sembahyang seluruh kru diberikan sekar (bunga dalam wadah dan berisi sentir) oleh pihak travel kemudian ritual dimulai. Ketika rombongan melakukan pemujaan, malahan rombongan yang menjadi pusat perhatian, semua orang yang lewat memperhatikan kami, mungkin karena prosesi yang berbeda. Selesai sembahyang akhirnya kesempatan untuk mandi (atau Melukat) di sungai Gangga tiba. Tanpa menunggu waktu lama saya segera berganti kain dan menyentuhkan diri pada sucinya air Gangga, kemudian nunas tirta untuk sanak saudara yang di rumah. Selesai melukat, seluruh rombongan berkumpul, dan ternyata pihak sudah menyiapkan juga 1 jerigen tirta untuk setiap orang, kemudian kami kembali ke bus  dengan rute yang jauh lebih pendek dari rute semula. Sekitar 30 menit perjalanan menuju hotel, sampai di hotel kami makan malam kemudia istirahat karena esoknya akan balik ke Delhi sebelum kemudian pulang ke tanah air.
Untuk kedua kalinya kami menikmati suasana pagi di kota Haridwar, dan itu adalah detik-detik sebelum kami bernjak kembali ke Delhi. Diawali dengan sarapan, yang mana lidah sudah mulai bisa menerima kemudian seluruh kru check out dari hotel, kemudia pada pukul 08.00 kami sudah beranjak menuju Delhi. Perjalanan 7 jam kambali kami lalui sambil menikmati suasana India, melihat aktivitas penduduk India dan melihat bangunan-bangunan di India. Tidak terasa, pukul 15.00 kami akhirnya tiba di Delhi dan langsung menuju sebuah restoran untuk makan siang kemudian ke Indira Gandhi Center untuk mengambil barang yang dititipkan, setelah itu rombongan meminta untuk diajak ke Pasar seni yang dikunjungi di hari pertama kepada guide untuk membeli oleh-oleh. Inginnya ke pasar agar dapat harga barang lebih murah, ternyata guide mengajak kami ke sebuah artshop yang harga barangnay jauh melambung. Rombongan tidak terima dan minta ke pasar seni. Alih-alih ke pasar seni, dengan kendala waktu diputuskan untuk makan malam. Kekecewaan menyelimuti beberapa dari kami karena uang rupee masih, tetapi belum membeli oleh-oleh. Rombongan akhirnya setuju makan malam di sebuah Chinesse Restorant kembali, dan lidah yang udah mulai terbiasa melahap semua makanan yang disajikan, dan moment makan malam ini ternyata makan kami yang terakhir di India untuk Art Mission ini.
Selepas makan malam rombongan menuju Indira Gandhi Internasional Airport untuk bersiap-siap pulang ke tanah air. Sesampainya disana rombongan melakukan check in, dan akhirnya lepas landas menuju thailand dengan Thailand Air lagi pada pukul 24.00 waktu setempat. Tidak terasa 4 jam perjalanan menuju Thailand, akhirnya kami kembali tiba di Swarnabhumi Internasional Airport pada pukul 05.30 waktu Thailand, dan kami dapat sedikit menikmati suasana Thailand di pagi hari. Lama menunggu di dalam bandara, saya memuaskan diri untuk berkeliling sambila melakukan berbagai dokumentasi apa yang dilihat berkesan, akhirnya pada pukul 09.00 waktu setempat kami sudah naik ke pesawat lagi dan siap menuju Bali dalam waktu 4 jam mengudara. 4 jam berlalu, India tinggal kenangan dan kami tiba di Bandara Ngurah Rai, disana kembali kami melakukan administrasi bahwa sudah kembali ke tanah air. Kami tiba di Bali pada tanggal 17 Oktober 2014, akan tetapi tidak langsung balik ke Lombok dikarenakan tidak ada lagi penerbangan menuju Lombok pada hari itu. Keluar dari bandara, rombongan di ajak melewati jembatan di atas laut yang ada di Bali, dan kemudia menuju sebuah restoran di Renon. Setelah melihat bagaimana India, kembali melihat Bali rasanya Bali itu sangat bagus, dan ketika makan pula semua rombongan pada lahap menikmati makanan ala lidah Indonesia kembali. Setelah selesai makan, rombongan bermalam di Puri Nusa Indah Hotel yang ada di jalan Nusa Indah Denpasar. Namun saya tidak ikut bermalam di hotel, saya memilih pulang kampung semalam menuju Gianyar untuk bertemu keluarga, saya tiba di rumah pukul 21.00, sempat melepas rindu hanya sekejap sebelum tidur setidaknya cukup mengobati kangen melihat keluarga. Sesuai dengan anjuran ketua rombongan jam setengah 7 harus sudah tiba di Denpasar, saya berangkat kembali dari rumah pukul 05.30 untuk menuju Denpasar. Akhirnya sesuai jadwal molor sedikit, saya sudah bisa berkumpul dengan rombongan kembali di denpasar.

Pukul 07.30 rombongan minus pak Ardhi, Pak Agung, Bu Desi, dan Pak Wirata bernagkat menuju Bandara Ngurah Rai untuk kembali ke Lombok. Di Ngurah Rai sudah ada bapak Sulastra dan bapak Made Jaya yang menunggu kemudian seluruh rombongan melakukan check in, setelah check in kami menunggu keberangkatan pada pukul 11.00 dengan menggunakan Wings Air lagi. Dan gong yang tidak bisa masuk semuanya di pesawat kali ini menggunakan jalur laut kembali ke Lombok. Pada pukul 11.30 akhirnya seluruh rombongan sudah tiba di BIL, dan kemudian dengan menggunakan bus Damri kami menuju Kampus STAHN Gde Pudja Mataram kembali. Kurang lebih pukul 12.30 kami sudah tiba di Mataram, dan setelah mengambil barang masing-masing kami kembali ke tempat tinggal masing-masing, dan berhubung saya tinggal di asrama, yan sudah nyampai tempat tinggal. Itulah pengalaman yang saya alami selama mengikut Art Mission to India, dan ini merupakan satu dari sekian pengalaman besar yang saya alami, terima kasih STAHN Gde Pudja Mataram.