BANTEN PRAYASCITA

           Isi dari postingan kali ini merupakan tugas mata kuliah Upakara yang sengaja penulis posting untuk membiasakan budaya berbagi. Siapa tahu ada di antara kita yang membutuhkan informasi tentang bagaimanakah Banten Prayascita itu. Oke, langsung saja!          
Dalam masyarakat hindu bali, banten merupakan  salah satu komponen penting dalam kehidupan mereka ibaratnya masyarakat hindu menggunakan banten seperti mereka menggunakan  udara untuk bernafas. Banten memiliki arti sebagai  persembahan  serta sarana bagi umat Hindu Bali sebagai rasa bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas dasar tulus ikhlas, perwujudan cinta kasih, serta tidak lupa untuk mewujudkan rasa terima kasih atas semua anugerah yang telah di limpahkan-Nya.

2.1 Banten Prayascita
            Memiliki susunan sarana-sarana (tetandingan) yang merupakan simbol-simbol yang sarat denngan makna religius. Seperti halnya dalam banten prayascita.
            Prayascita berasal dari suku kata pra-yas dan cita, yang didalamnya mengandung arti penyucian dari segala kesedihan atau juga kekotoran. Banten ini biasanya dipergunakan bila seseorang melakukan penglukatan (menghilangkan sebel/ kekotoran). Selain itu terkadang banten prayascita juga di gunakan untuk mengupacarai barang-barang yang bernilai ekonomis (misalnya, membeli sepeda motor  baru atau barang-barang elektronik lainnya).

2.2  Unsur-Unsur Dalam Banten Prayascita Serta Maknanya
·         Tamas gede atau nyiru dan aled sebagai simbol windhu memiliki makna kekuatan penyucian (pawitra)
·         Sampian nagasari memiliki makna memohon sarining merta (hasil yang murni untuk kehidupan)
·         Penyeneng biasa (madya) memiliki makna kehidupan kehadapan sang hyang siwa
·         Pebersihan payasan
·         Lis senjata, lis berasal dari kata “les”,yang artinya inti dan memiliki makna inti permohonan adalah kesucian
·         Sampian padma
·         Jajan uli, bagina, roti kukus, dan cerorot memiliki makna bahwa manusia berterimakasih atas anugerah yang di berikan berupa pikiran sehingga mampu mengolah sesuatu yang bisa menjadi suatu karya seni yang indah baik dari rasa juga tampilannya.
·         Tape gede, pinang, tebu adalah simbol manusia yang menghuni bumi sebagai bagian dari alam ini
·         Tempat nasi dari kelongkong
·         Coblong berisi daun dapdap yang diulek diisi sedikit air 
·         Peras tulung sayut (sorohan alit/ tebasan alit)
·         Daun cabe bun, daun dapdap dan padang lepas
·         Payuk pere berisi  toya yang bercampur dengan bunga tunjung, cempaka putih/kuning (bunga yang serba harum)
·         Beras kuning bertempatkan takir
·         Bungkak yang di kasturi  (bungkak nyuh gading)

2.3 Tetandingan atau isi dari banten di bawah ini
a.       Pebersihan payasan
Terdiri dari:
Ø  Alas ceper slepan bungkulan
Ø  Celemik yang berisi : tebu, sisig, daun pucuk diiris, boreh miik, lengis miik dan daun ilalang yang telah diikatkan dengan benang tetebus
Ø  Ituk-ituk yang diatasnya isi sampian, kemudian diisi bunga dan kembang rampe
Adapun susunan tetandingannya terdiri atas: iluk-iluk diatas,ceperdi bawah kemudian diikat dengan tali.
b.      Sorohan alit/ tebasan
Banten sorohan alit/tebasan adalah simbol “penebusan”. Misalnya penebusan daripada kekurangan-kekurangan atau kesialan-kesialan. Pada banten pengulapan,prayascita, byakaonan, banten ini sering ada. Banten ini terdiri dari : peras tulung,sayut, penyeneng alit.
Ø  Tulung diisi nasi
Ø  Tumpeng 2 buah
Ø  Bantal tape, jajan uli, bagina
Ø  Sampian plaus diisi bunga
Ø  Celemiknya diisi kacang saur
Ø  Tumpeng 2, pisang,tebu diiris, bantal tape, jajan uli, bagina,
Ø  Sampian sayut diisi bunga
Ø  Tepung dan dapdap, beras, tebu, bunga tunjung, yang diiris menjadi satu
Ø  Benang tetebus
Susunannya : penyeneng alit paling atas, peras tulung di tengah, sesayut paling bawah, diikat dengan tali.
c.       Lis senjata
Penggunaannya di sesuaikan dengan besar kecilnya banten yang menyertainya. Jenis tetuwasanliasnya terdiridari : tangga menek, tangga tuwun, jan, sesapi, lilit linting, basang ngude, basang wayah, lawat buah, lawat nyuh, tipat pusuh, tipat tulud, sasap, takep jit lis.
Lis senjata adalah lis yang di pakai pada banten prayascita dan padudusan. Lis senjata reringggitannya menggambarkan senjata para dewa seperti senjata Dewa brahma di sebut gadha, dewa iswara bajra, dewa mahadewa nagapasa, dewa wisnu cakra, dewa siwa padma, dewa sambhu trisula, dewa mahesora dupa, dewa rudra moksala, dan dewa sangkara di sebut angkus.

 2.4 Cara Penataan Banten Prayascita
v  Nyiru atau tamas gede di siapkan, kemudian diisi aled. Diatasnya di susuni pisang, tebu, tape gede, jajan uli, bagina,apem,roti rebus, cerorot dan sebagainya.
v  Kemudian diteben (dibelakangnya) diisi nasi celongkong ( bundaran dari janur yang diisi tri kona ). Tatakannya adalah daun tabio bun yang jumlahnya ganjil. Di atas nasi celongkong di tancapi dengan padang lepas dan muncuk daun dapdap.
v  Selanjutnya diisi pula sorohan alit atau tebasan alit dan pebersihan payasan. Toya wadah pere diatasnya diisi tekir berisi beras kuning dan bunga campur. Disertai lis senjata, coblong yang ada daun dapdap diulek, diatasnya disusuni dengan sampian padma.
v  Setelah itu barulah diisi penyeneng dan sampian nagasari
Keterangan : Dicoblong tempat padma  terdapat padma dan daun dapdap yang telah di ulek kemudian di campur dengan yeh bungkak, (air kelapa gading). Campuran dapdap dan air bungkak tersebut dicolekan pada telapak tangan warga banjar yang kemudian diusap-usap.
Sedangkan air bungkak dituangkan ke dalam payuk (priyuk) pere di campur dengan beras kuning dan bunga dalam satu tempat yang terbuat dari daun pisang. Selanjutnya lis senjata di pergunakan untuk memerciki tirta itu di kepalapa warga banjar. Ada yang memerciki di kepalanya sendiri-sendiri, ada juga yang minta tolong pada orang lain.
Banten prayascita difungsikan untuk menetralisir leteh atau sebel. Misalnya setelah uasai upacara ngaben, maka di balai banjar oleh masyarakatnya telah dipersiapkan banten prayascita tersebut.
Jika seseorang tidak nyaman melakukan beramai-ramai, maka dia akan membuat sendiri banten prayascita tersebut untuk dipergunakan sendiri. Untuk melukat, maka banten prayascita ini harus dihaturkan oleh pemangku/sulinggih, yang mungkin saja di tambah lagi banten rentetannya. Dipakai juga untuk mengupacarai barang-barang yang bernilai ekonomis seperti: mobil, motor, mesin jahit, dan lain sebagainya. Fungsi dan tujuannya adalah untuk keselamatan pemakaiannya agar barang-barang yang baru di beli tersebut tidak membawa sial.

2.5   Mantra Banten Prayascita
a.       Memercikan tirtha dengan lis (prayascita)
Mantra : pakulun ngadeg sira sang janur kuning turun bhatara ciwa hulun angaturaken busung mereke, busung meringgit, ron sarwe leluwes, mas aworane komala manik winten, angilangane sakwehning dasamala, sebel kandel  awighna, tutuga sapta wrdhah.
Om sri ya namo namah swaha.
Om jreng jreng sabuh angadeg nagilang akna sarwa kalan ira sang linislisan
Om sabur sweta, sabur rakta, sabur pitha
Sabur krsna, sabur manca warna sarwa karya prayascita ya suci nirmala ya namo namah swaha .
b.       Prayascita
Mantra : om prayascita kare yegi
Catur warna wicintayet
Catur wawtranca puspadyam
Ang greng bya stawa samam
Om agni rahasia mukam mungguh bungkahing hati angeseng saluwuring dasamala, teka geseng,geseng,geseng
Om prayascita subagiyamastu

3 komentar:

  1. kepada dewa atau batara apa di haturkan semua banten diatas..
    kalao tanpa pemangku..
    sebagai orang awan bagaimanna cara penyampain semuan banten diatas..
    suksma.. mohon nara sumber menjawan!!.

    BalasHapus
  2. Apakah boleh kita sendiri sebagai orang awam ngemargiang prayascita tanpa di puput oleh pemangku?

    BalasHapus