Dasa Yama dan Niyama Brata

Bagi pembaca yang ingin tahu tentang Beberatan pemangku yang menyangkup tentang Panca Yama dan Nyama Brata bisa klik disini, semoga bermanfaat dan selamat membaca!!!

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam agama Hindu dikenal adanya enam filsafat India yang selalu menjadi bayangan dalam menjalankan kehidupan ini, keenam filsafat ini sering disebut dengan Sad Darsana yang meliputi Nyaya, Samkya, Yoga, Waisiseka, Mimamsa, dan Wedanta. Dari keenam filsafat tersebut filsafat yang lebih menekankan pada pengendalian diri adalah Yoga Darsana. Yoga diajarkan pertama kali di bumi oleh Maharsi patanjali, melalui ajarannya yang terkenal yakni astangga Yoga yang tersurat dalam Yoga Sutra patanjali. Disamping lebih menekankan pada pengendalian diri, ajaran Yoga juga populer di sepanjang zaman yang keberadaannya tidak hanya diakui oleh umat Hindu tetapi juga oleh pemeluk agama yang lain.
Memang yang lebih populer di era modern ini adalah bagian asana dan pranayama dari Yoga, akan tetapi apabila dikaji kembali pemahaman tentang astangga yoga yang merupakan delapan tangga dalam mempelajari Yoga akan ditemukan bagaimana sistematis dan bermetodenya pembelajaran Yoga tersebut. Astangga Yoga yang terdiri dari Yama, Nyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana, dan Semadi tidak bisa dipisahkan satu sama lain untuk memproleh hasil yang maksimal, sebagaimana yang tertuang dalam kitab Hatha Yoga Pratiphika bahwa untuk mencapai tingkatan Semadi tidak bisa langsung dmulai dari tahap Dharana atau Dhyana tetapi harus dari tingkatan paling awal, yakni Yama.
Yama menjadi tingkatan pertama yang lebih menekankan pada pengendalian diri di aspek jasmani dan menjadi modal awal untuk tingkatan selanjutnya, Nyama menekankan pada pengendalian diri pada aspek rohanini, setelah pengendalian diri dilakukan barulah dimulai dengan tingkatan Asana atau gerakan tubuh sebelum nantinya menuju tingkat Pranayama untuk latihan pernafasan yang dapat memberikan ketenangan dan kesehatan. Setelah empat aspek dasar dilalui dan tentunya dikuasai barulah mulai menuju tingkatan pratyahara untuk melatih pemusatan pikiran, kemudian dharana untuk memusatkan pikiran pada objek yang diinginkan, kemudian menuju tingkat Dhyana atau Meditasi untuk mengetahui kebenaran sang diri sebelum mencapai tingkat tertinggi yaitu Semadhi atau sudah bisa mencapai kesadaran dan bertemu dengan Brahman.
Apapun kegiatan dalam kehidupan ini harus dimulai dari hal yang terkecil, tidak terkecuali dengan Yoga. Oleh karena itu, perlu diperhatikan hal dasar seperti Yama dalam asthangga Yoga sebelum menuju ke tingkatan yang lebih tinggi. Yama ini sendiri tertuang dalam ajaran Panca Yama Brata dan Dasa Yama Brata, yang mana masing-masing memiliki bagian yang berbeda. Terkait Panca Yama Brata sudah terlalu sering dibahas dan seakan-akan ajaran  Yama Brata hanya ada Panca Yama Brata saja, kendati Dasa Yama Brata juga merupakan ajaran penting yang harus dipahami. Begitu pula dengan ajaran Nyama, ajaran ini tertuang dalam Panca Nyama Brata dan Dasa Nyama Brata. Akan tetapi yang sering dibahas dalam pengajaran adalah pada bagian Panca Nyama Brata saja, sedangkan untuk bagian Dasa Nyama Brata seakan-akan terlupakan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis akan menguraikan Dasa Yama Brata dan Dasa Nyama Brata melalui sebuah makalah.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah penulis uraikan dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan di bahas dalam makalah ini, yaitu:
1.      Apakah pengertian Dasa Yama Brata dan Dasa Nyama Brata?
2.      Apakah bagian-bagian dari Dasa Yama Brata dan Dasa Nyama Brata?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Yama dan Niyama Brata
Menurut kamus kecil Sanskerta-Indonesia (Pemda Tingkat 1 Bali, 1982/1983:187, 126,238) kata Yama diartikan sebagai pengendalian atau pengendalian diri sendiri , sedangkan kata Ni berarti dalam, dan Brata dengan asal kata Vrata diberi makna sebagai kehendak, sumpah atau kewajiban.
Sementara itu kamus jawa kuno-Indonesia, memberikan arti bahwa Yama berarti pengendalian diri atau pengekangan diri, Niyama artinya kewajiban atau sumpah, dan brata berarti perbuatan suci seperti berpuasa atau bertapa.
Dengan demikian Yama Brata dapat diartikan sebagai pengendalian diri atau usaha-usaha untuk mengatur diri sendiri dengan lebih cermat guna mengendalikan nafsu indria dan berpantang melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Sedangkan Niyama Brata berarti sumpah atau janji kepada diri sendiri agar mampu berbuat, mampu mengatur diri dengan lebih ketat dan sekaligus berpantang terhadap larangan atau melaksanakan sesuatu yang diwajibkan oleh ajaran agama.
Dalam hal ini Yama Brata lebih menekankan kepada pengendalian kedalam diri, mengendalikan semua perbuatan yang diakibatkan oleh dorongan nafsu, sedangkan Niyama Brata lebih menitik beratkan kepada hal-hal lahiriah berupa pengendalian terhadap tindakan yang ditunjukan terhadap orang lain atau mahluk lain.

2.2  Dasa Yama Brata
Dasa Yama Brata merupakan sepuluh macam pengendalian diri tingkat dasar untuk mencapai kesempurnaan hidup. Pembagian dari Dasa Yama Brata, diantaranya:
1.    Anrsamsa
Anresamsa atau anrisamsa berasal dari kata “A” yang berarti tidak, dan Nrisamsa berarti orang kejam atau orang yang suka menyiksa sesamanya. Anremsasa dengan demikian berarti tidak kejam atau tidak keji. Umat hindu hendaknya selalu bersikap baik terhadap siapa saja dan dapat mengendalikan dirinya dengan baik. Umat hindu yang tidak dapat mengendalikan dirinya akan dicap sebagai orang yang tidak baik dan bisa jadi dipandang sebagai orang yang kejam.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Anresangsya:
a.     membatalkan janji pribadi untuk melaksanakan kepentingan warga masyarakat
b.    mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi
c.     Memberi kesempatan kepada penyebrang jalan dengan memperlambat kecepatan sepeda motor/mobil,
d.     Memberikan tempat duduk kita di dalam bus/angkutan kepada orang tua atau orang hamil,
e.      Membiasakan antre atau menunggu giliran di SPBU, Puskesmas, rumah sakit atau kantor.
2.    Ksama
Ksama artinya pemaaf atau sifat yang mudah memaafkan. Umat hindu hendaknya merupakan sosok yang pemaaf dan tidak bersifat pendendam. Bersedia memaafkan kesalahan orang lain merupakan sikap yang sangat terpuji. Umat hindu hendaknya sadar bahwa berbuat kesalahan adalah manusiawi, artinya kesalahan itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Tidak seorangpun dapat melepaskan diri dari kekeliruan. Oleh karena itu bersifat pemaaf hendaknya selalu menjadi pola pikir umat hindu.
Ø Contoh-contoh pelaksanaa ajaran Ksama, seperti:
a.    memaafkan kesalahan teman
b.    tidak marah atau tersinggung bila dijelek-jelekkan teman
c.     tetap melanjutkan sekolah walaupun tidak naik kelas
d.    tidak merasa minder/berkecil hati walaupun merasa diri ada kekurangan,dll.

3.    Satya
Satya artinya jujur, bena atau bersifat baik. Orang yang melaksanakan satya brata berarti bahwa orang itu tidak pernah menyimpang dari ajaran kebenaran, selalu jujur, dan selalu berterus terang. Umat hindu hendaknya selalu menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran dan kesetiaan. Karena itu mereka hendaknya selalu jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain, selalu melaksanakan ajaran kebenaran dan kesetiaan.
Dalam agama hindu dikenal dengan lima macam kejujuran yang disebut panca satya, diantaranya:
a.    Satya wacana yaitu harus setia dan jujur dalam berkata, tidak sombong, selalu menjaga sopan santun dalam berbicara, tidak boleh berucap yang dapat menyakiti hati atau perasaan orang lain.
b.    Satya hrdaya, artinya setia terhadap hati nuraninya, selalu konsisten dan berpendirian yang teguh dalam melaksanakan ajaran kebenaran.
c.    Satya laksana, artinya harus jujur dan bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.
d.   Satya mitra, artinya setia kepada teman atau sahabat dan tidak boleh berkhianat.
e.    Satya semaya, artinya selalu menepati janji dan tidak boleh ingkar janji.
4.    Ahimsa
Ahimsa terdiri dari kata “A” yang berarti tidak, dan “Himsa” yang berarti membunuh atau menyakiti. Sehingga ahimsa berarti tidak membunuh atau menyakiti. Umat hindu tidak dibenarkan untuk menyakiti apalagi membunuh orang atau mahluk lain. Membunuh adalah perbuatan dosa. Sebaliknya mereka hendaknya selalu menanamkan rasa kasih sayang. Jangan membunuh dan jangan berbuat dosa. Pengecualian hanya diberikan dalam hal membunuh binatang dengan maksud untuk dipergunakan sebagai pengorbanan suci atau yadnya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Ø Contoh pelaksanaan ajaran Ahimsa, seperti:
a.    Tidak membunuh binatang sembarangan
b.    Tidak meracuni hewan
c.    Tidak mengganggu hewan yang sedang tidur
d.   Tidak memfitnah
e.    Tidak menghina teman yang memiliki kekurangan.
Agama Hindu juga membenarkan melakukan pembunuhan/Himsa Karma tetapi hendaknya dilandasi cinta kasih dan dharma, seperti:
1.    untuk Dewa Puja yaitu untuk persembahan kepada para Dewa dan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi,
2.     Pitra Puja yaitu membunuh untuk persembahan kepada leluhur,
3.     Athiti Puja yaitu membunuh untuk dipersembahkan atau dihaturkan kepada tamu.
4.    Dharma Wigata yaitu membunuh di dalam peperangan/pertempuran.
5.    Dama
Dama berarti mengendalikan nafsu atau mengalahkan nafsu. Dama juga berarti mengendalikan diri atau mengendalikan nafsu. Umat hindu hendaknya dapat mengendalikan atau menundukkan hawa napsunya. Mereka seharusnya tidak mengumbar hawa napsunya sekedar hanya karena hendak memenuhi keinginan sesaat. Karena umat hindu harus dapat memilah yang baik-baik saja agar dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman batiniah. Hanya dengan ketenangan dan ketentraman pikiran itulah umat hindu akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dama, seperti:
a.    Menyadari perbuatan, perkataan dan perbuatan kita yang keliru
b.    Memikirkan terlebih dahulu akan perkataan yang akan diucapkan
c.    Sebelum tidur renungkanlah perbuatan yang telah kita lakukan sebagai evaluasi harian untuk meningkatkan kwalitas diri
d.   Biasakan tidak terlalu repot membicarakan kelemahan orang, masih lebih baik jika rajin melihat kelemahan diri sendiri
e.    Untuk menghindari adanya penyesalan yang datangnya selalu di belakang, sebelum berkata dan berbuat pikirkan secara matang akibatnya.
6.    Arjawa
Arjawa berasal dari kata “Arja” yang berarti teguh pendirian, arjawa juga berarti mempertahankan kebenaran. Orang yang selalu melaksanakan Arjawa Brata berarti selalu berusaha untuk berbuat benar. Orang ini adalah orang yang taat, disiplin, jujur dan tidak pernah berbohong. Ia selalu berpegang pada kepada kebenaran. Umat hindu haruslah teguh dalam menjunjung tinggi kebenaran sejati. Hanya dengan berpegang teguh pada pendirian, seseorang akan tidak mudah terombang-ambing oleh pikiran-pikiran yang tidak baik dan tidak suci.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Arjawa, seperti:
a.     Jangan mengaku dan merasa diri selalu paling benar
b.    Katakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah
c.     Berpijaklah pada kebenaran walaupun banyak godaan
d.    Orang yang mempertahankan kebenaran akhirnya akan menang
e.     Jadilah ksatria pembela kebenaran seperti peribahasa Berani karena benar Takut karena Salah.
7.    Priti
Priti berarti kasih sayang kepada semua mahluk. Sebab semua mahluk adalah ciptaan Tuhan, oleh karena itu kita wajib saling menyayangi. Umat hindu haruslah juga bersikap welas asih atau penuh rasa kasih sayang terhadap sesama. Sikap kasih dan sayang terhadap sesama akan menimbulkan rasa simpati. Sikap welas asih seperti ini akan menjadi sangat bernilai manakala ditujukan terhadap orang yang sedang i kesulitan.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Priti, seperti:
a.    Hiduplah rukun saling mengasihi sesama teman di sekolah, bersama keluarga, begitu juga dengan tetangga sekitar
b.     Memelihara hewan peliharaan dengan baik
c.     Rajin merawat dan memupuk tanaman dan sebagainya.
8.    Prasada
Prasada artinya berpikir tenang, bersih dan suci. Tenang artinya tidak mudah berubah pikiran, tidak goyah, tetapi juga tidak takut, sehingga tidak mudah kena pengaruh yang tidak baik. Dalam pergaulan hidup sehari-hari umat hindu hendaknya selalu berpikir positif, berpikir jernih dan suic serta tidak berprasangka buruk terhadap orang lain. Mereka hendaknya tidak memelihara sikap yang serba curiga terhadap orang lain. Dengan bersikap seperti itu, maka kesucian pikirannya akan menjadi terganggu dan ini menyebabkan sirnanya ketenangan dan ketentraman sehingga akan sulit baginya untuk menuju kejalan Tuhan.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Prasada, misalnya:
a.     Jujur dan tulus pada setiap tindakan untuk memupuk dan menumbuhkan kesucian hati,
b.    Berpikir jernih, cermat dan masuk akal jangan mengembangkan pikiran buruk atau berburuk sangka (negatif thinking) kepada orang lain
c.     Rajin sembahyang
d.    Jujur dan setia terhadap setiap tindakan
e.     Berbuat yang iklas tanpa pamerih
f.     Jagalah pikiran kita agar tetap jernih dan suci. Hindarikan pikiran dari hal-kal kotor dan bodoh, karena pikiran yang diliputi oleh niat yang kotor dan bodoh menyebabkan manusia lebih rendah dari binatang, dan lain-lain.
9.    Madhurya
Madhurya berasal dari kata “Madhu” yang berarti manis. Manis disini berarti lemah lembut, tidak berkata keras apalagi kasar. Berbicara dengan siapa saja hendaknya selalu lemah lembut dan dengan tutur kata yang halus serta tidak sampai menyinggung apalagi menyakiti hati. Bersikap manis, ramah dan santun adalah sangat baik bagi umat hindu. Mereka hendaknya dapat mengendalikan diri untuk tidak bersikap kasar terhadap siapapun juga.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Madurya, seperti:
a.    Bersikap ramah tamah terhadap semua orang, menghindari sikap judes dan cuek
b.    Bersikap lemah lembut terhadap semua orang, menghindari sikap kasar, emosional dan mudah tersinggung
c.    Bersikap sopan santun terhadap siapa saja dan di manapun berada
d.   Selalu menjaga sikap santun ketika berhadapan dengan orang lain baik dengan teman sejawat, orang yang lebih tua, guru ataupun siapa saja
e.    Selalu berbicara yang sopan kepada lawan bicara,
f.     Menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai terhadap orang lain
g.    Tidak memperlihatkan wajah masam, cemberut dan kusam.
10.     Mardawa
Mardawa berarti rendah hati, tidak suka menonjolkan diri dan tidak suka bersikap sombong. Rendah hati tidak berarti rendah diri, tetapi selalu bersikap merendah atau tidak mau menunjukan kemampuannya. Umat hindu memang harus berprilaku rendah hati, dan bersikap manis terhadap siapapun juga. Mereka yang bersikap kasar apalagi bertindak semaunya sendiri, tentunya akan dijauhi oleh warganya.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mardawa, misalnya:
a.     Selalu ringan tangan suka membantu orang yang membutuhkan pertolongan
b.    Menghargai orang lain
c.     Menghormati orang lain
d.    Tidak mementingkan diri sendiri
e.     Peduli terhadap orang lain
f.     Bersikap empati terhadap penderitaan orang lain sehingga memiliki keinginan untuk memberi pertolongan
g.     Menyadari diri memiliki kelebihan dan kekurangan
h.    Menghindarkan diri dari perbuatan merendahkan harga diri orang lain
i.      Selalu bersikap sabar dan tidak membalas dendam
j.      Dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.

2.3  Dasa Niyama Brata
Dasa Niyama Brata berarti sepuluh cara pengendalian diri tingkat lanjutan, diantaranya:

1.    Dana
Dana artinya suka bersedekah, suka memberi bantuan kepada orang yang tidak mampu. Dengan memberikan sedekah berarti kita beryadnya atau berkorban. Yadnya, sedekah atau korban itu hendaknya tidak disertai dengan pamrih atau maksud-maksud tertentu. Umat hindu sepatutnya bersikap suka menolong, terutama kepada mereka yang sedang kekurangan atau sedang mengalami kesulitan. Dengan memberikan sedekah atau dana kepada orang miskin secara tulus dan iklas, tentu akan memberikan nilai lebih kepada mereka.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dana, seperti:
a.     Membiasakan berderma kepada orang yang sedang menderita mengalami kesusahan dalam hidupnya
b.     Kekayaan berupa harta benda bersifat tidak kekal dan tidak dibawa mati, maka sisihkanlah sebagian harta kita untuk berderma/beramal
c.      Berikanlah sedekah kepada orang yang membutuhkan
d.     Lakukan sedekah pada waktu yang tepat, misalnya pada waktu orang kesusahan, pada waktu orang tertimpa bencana
e.      Berikanlah sedekah kepada orang miskin atau orang sakit
f.     Berikanlah sedekah kepada pengemis dengan ikhlas. Janganlah marah kepada pengemis, jangan mengusirnya dan janganlah mencela.
Ø Menurut Slokantara 17, pemberian sedekah atau dana menurut waktu pemberiannya ada 4 tingkatan, sebagai berikut:
a.    Dana yang diberikan di bulan Purnama dan bulan Mati (Tilem) menyebabkan 10 kali kebaikan yang diterima
b.     Dana yang diberikan pada bulan Gerhana membawa phahala (100) seratus kali
c.    Dana yang diberikan pada hari suci Sraddha menjadi 1000 kali lipat
d.   Sedekah/Dana yang diberikan diakhir Yuga phahala kebaikannya akan tidak terbatas.
Ø Menurut Slokantara 21, pemberian sedekah atau dana menurut Tingkatannya ada 4 21, sebagai berikut:
a.    Pemberian berupa makanan itu mutunya kecil, disebut Kanista Dana
b.    Pemebrian berupa Uang/pakaian mutunya menengah, disebut Madyama Dana
c.    Pemberian berupa gadis itulah yang dianggap tinggi, disebut Utama Dana
d.   Pemberian sedekah/dana berupa Ilmu Pengetahuan itu mengatasi semuanya dan membawakan kebajikan besar, disebut Ananta Dana.
2.    Ijya
Ijya berarti kebiasaab untuk selalu bersyukur dan memuja keagungan dan kebesaran Tuhan. Puji syukur perlu disampaikan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena kita sesungguhnya berhutang nyawa kepada-Nya. Semua yang kita miliki adalah juga karena berkat dan berkah-Nya. Puji syukur dan terima kasih disanpaikan karena segala sesuatu yang ada dijagat raya ini adalah ciptaan-Nya.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Ijya, seperti:
a.       Rajin melakukan Tri Sandya setiap hari ( pagi, siang, sore )
b.      Rajin berdoa setiap saat
c.       Rajin melakukan persembahyangan pada hari raya
d.      Rajin melakukan meditasi dan berjapa dan sebagainya.
3.    Tapa
Tapa artinya menjauhkan diri dari kesenangan duniawi. Dengan melaksanakan tapa kita bermaksud untuk memutuskan hubungan dengan kebiasaan hidup duniawi, mengurangi kesenangan-kesenangan jasmani. Bisa juga mengurangi makan, mengurangi tidur, mengurangi kata-kata, mengurangi menikmati kesenangan. Dalam hal ini kita harus mampu mengendalikan diri, mampu menekan keinginan untuk tidak menikmati kesenangan duniawi itu. Umat hindu hendaknya berusaha mengurangi atau menghindarkan diri dari kesenangan duniawi. Dengan pengendalian diri yang baik, mereka akan dapat mengurangi atau menghapuskan kebiasaan buruknya, sehingga dapat mencapai ketenangan dan ketentraman batin yang sangat dibutuhkan baginya untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Tapa, seperti:
a.    Berlatih diri mengendalikan pikiran seperti berusaha untuk berpikir jernih, berpikir yang baik agar tahan uji terhadap masalah yang mengganggu pikiran
b.    Berlatih mengendalikan keinginan, misalnya memenuhi keinginan sesuai kebutuhan, memenuhi keinginan sesuai kemampuan, menghindari keinginan yang menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri maupun orang lain agar tahan uji terhadap pengaruh buruk keinginan itu
c.    Berlatih hidup sederhana agar tahan uji terhadap penderitaan
d.   Berlatih mengendalikan perkataan agar tahan uji untuk tidak berkata yang menyakitkan misalnya berkata kasar, mengancam, menghardik, dan mengeluarkan kata-kata ejekan dan hinaan
e.    Berlatih mengendalikan perbuatan, misalnya tidak melakukan perbuatan curang, mencuri, suka berkelahi, suka memancing keributan, suka berbuat onar.
4.    Dhyana
Dhyana berasal dari kata “Dhi” yang berarti pikiran. Dhyana  berarti memusatkan pikiran atau berkonsentrasi. Dengan Dhyana maka pikiran harus bulat-bulat hanya tertuju pada Tuhan. Dengan memusatkan pikiran, maka umat hindu akan dapat mengendalikan pikirannya agar tidak melanglang buana kesana kemari. Dengan demikian ketenangan dan ketentraman pikiran akan mudah dicapai.dhyana juga diartikan sama dengan meditasi, dimana meditasi adalah mengheningkap cipta, membersihkan pikiran dan mengarahkan pikiran hanya tertuju kepada Tuhan.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dhyana, seperti:
a.       Saat belajar di kelas perlu memusatkan pikiran tentang pelajaran yang sedang diajarkan
b.      Memusatkan pikiran pada saat mengendarai sepeda motor/mobil
c.       Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan melakukan Pranayama
d.       Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan sembahyang
e.        Berlatih melakukan pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan meakukan yoga, tapa dan semadi, dan sebagainya.
5.    Swadhyaya
Swadhyaya berasal dari dua suku kata yaitu “Swa” yang berarti sendiri dan “Adhyaya: yang berarti berguru. Dengan demikian swadhyaya berarti berguru sendiri, dengan kata lain belajar sendiri. Setiap orang mestinya berusaha balajar sendiri. Belajar sendiri dari pengalaman adalah guru yang terbaik. Umat hindupun hendaknya selalu berusaha belajar sendiri.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Swadhyaya, seperti:
a.     Tekun belajar jangan cepat putus asa
b.    Berusaha belajar secara mandiri artinya belajar tanpa diperintah dan belajar menemukan jawaban sendiri
c.      Jangan malu bertanya kepada orang lain tentang suatu masalah yang tidak dimengerti atau tidak diketahui
d.    Rajin membaca buku kerohanian dan buku-buku lain yang berguna dalam kehidupan
e.     Mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
6.    Upasthanigraha
Upasthanigraha artinya menguasai nafsu, khususnya nafsu birahi. Kebiasaan mengikuti nafsu seksual adalah tidak baik, sebab orang mudah sekali jatuh atau terjerumus kedalam lembah penderitaan. Orang yang tidak dapat menguasai nafsunya, biasanya mudah berbuat onar, atau berbuat keributan. Umat hindu hendaknya dapat menguasai nafsu seksualnya, dapat mengendalikan dirinya untuk tidak melibatkan diri dalam perselingkuhan dan lain-lain kegiatan yang sejenis yang dapat menurunkan derajat dan harga dirinya.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Upasthanigraha, misalnya:
a.    Menghindari berduaan dengan lawan jenis di tempat yang sepi
b.    Menghindari berpakaian yang ketat atau seksi bahkan berpakaian yang merangsang
c.    Mengindarkan diri dari pikiran kosong agar tidak berpeluang menghayal terhadap hal-hal yang porno
d.   Tidak menonton tayangan televisi yang menyiarkan film-film Dewasa
e.    Tidak membuka HP yang berisi film-film porno
f.     Hindari membaca komik atau menonton VCD Porno
g.    Sibukkanlah diri dengan kegiatan-kegiatan positif, seperti olahraga, kursus, ekstra kulikuler, belajar menari, Pramuka, megambel
h.    Menghindari berprilaku genit terhadap lawan jenis
7.    Brata
Brata berarti melakukan pantangan yaitu tidak melakukan sesuatu yang biasanya dilaksanakan (berpantangan). Misalnya tidak makan, tidak minum, tidak berbicara, tidak tidur pada waktu-waktu tertentu. Pantangan ini dapat berupa berbagai hal. Umat hindu dapat saja berpantang untuk tidak makan daging sapi, untuk tidak berbicara yang kotor, untuk tidak berbuat yang merugikan orang lain dan sebagainya. Pada hakekatnya brata merupakan pengendalian diri untuk tidak berbuat sesuatu yang tidak baik atau merugikan dirinya sendiri atau orang lain.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Brata, seperti:
a.    Berjanjilah dari lubuk hati yang paling dalam
b.    Taatilah apa yang menjadi janjimu, seperti; saya ingin menjadi orang yang berguna, saya ingin menjadi orang yang berbakti kepada orang tua, saya ingin menjadi orang yang berguna dalam keluarga
c.    Janji dalam hati bukan untuk diingkari tetapi untuk ditaati
8.    Upawasa
Upawasa berarti berpuasa yakni tidak makan dan tidak minum pada waktu-waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk menyucikan atau meningkatkan kesucian diri. Disamping itu juga dipergunakan sebagai sarana untuk menebus dosa. Puasa juga dapat dipergunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Karena itu umat hindu hendaknya rbicara. Maksudnya juga dapat melaksanakan puasa, yaitu tidak makan dan minum atau tidak melakukan perbuatan tertentu. Puasa pada dasarnya adalah pengendalian diri, pengekangan keinginan atau hawa nafsu agar dapat diperoleh pikiran yang bersih, jernih dan suci.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Upawasa, misalnya:
a.    Hindari memakan makanan yang berlebihan karena nafsu belaka
b.    Hindarkan diri untuk memakan makanan yang sudah basi atau kedaluwasa
c.    Hindari makan makanan yang kotor
d.    Hindari memakan makanan yang tidak jelas asal usulnya
e.    Aturlah jadwal makan, misalnya makan teratur yaitu sarapan pagi, makan siang dan makan sore secara teratus
f.     Mengendalikan nafsu makan, misalnya makanlah secukupnya sesuai kebutuhan tubuh, jangan makan yang berlebihan
g.    Menghindari sikap rakus
h.    Mencoba untuk berpuasa pada hari Raya Nyepi, Siwaratri atau pada hari Raya Hindu sesuai kemampuan.
9.    Mona
Mona artinya tidak mengucapkan kata-kata atau tidak berbicara. Mona brata ini biasanya dilakukan pada saat orang melaksanakan samadhi. Mona brata dapat memperkuat kepribadian seseorang. Orang lalu menjadi tidak gampang ngomong sembarangan, tidak mudah berbicara dengan kata-kata yang kotor. Mona adalah pengendalian diri untuk tidak bebicara. Maksudnya adalah untuk menahan diri, tidak mengeluarkan kata-kata sepatahpun, sehingga akan lebih mudah memusatkan pikiran untuk terciptanya kedamaian dan ketenangan batin, hanya dengan kedamaian dan ketenangan itulah orang akan lebih mudah menghubungkan dirinya dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mona, seperti:
a.     Hindari berkata kasar
b.    Hindari perkataan mencaci maki
c.     Hindari perkataan bohong
d.    Hindari mengeluarkan tata-kata hinaan maupun ejekan
e.      Jangan mengeluarkan perkataan mengancam
f.     Hindarkan diri untuk tidak berkata yang kotor dan jorok
g.    Belajar melakukan mona brata pada hari Raya Nyepi sesuai kemampuan.
10.    Snana
Snana artinya mandi, penyucian atau pembersihan diri. Dengan mandi badan akan menjadi bersih. Snana juga berarti pembersihan diri agar tidak kotor rokhaninya. Dengan badan yang bersih, pakaian yang bersih, rokhanipun akan menjadi suci. Dengan pikiran dan rokhani yang bersih dan suci, maka pintu gerbang menuju Ida Sang Hyang Widhi akan terbuka semakin lebar.
Ø Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Snana, misalnya:
a.     Rajin mandi 2 kali sehari yaitu pagi hari sebelum sekolah dan sore hari
b.    Rajin merawat badan, misalnya: memotong rambut yang panjang, memotong kuku, menyikat gigi, mencuci pakaian sendiri, mandi dengan menggunakan air bersih dan memakai sabun
c.     Rajin sembahyang baik di sekolah dengan Tri Sandya dan di rumah di sore hari melaksanakan Tri Sandya dan Kramaning Sembah
d.    Rajin melakukan Pranayama untuk menyucikan pikiran
e.     Jujur dalam hidup.

BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
            Dari pembahasan yang telah penulis uraikan dalam makalah ini, dapat ditarik beberapa simpulan, antara lain:
1.      Dasa Yama Brata merupakan sepuluh macam pengendalian diri tingkat dasar untuk mencapai kesempurnaan hidup, sedangkan Dasa Nyama Brata merupakan sepuluh cara pengendalian diri tingkat lanjutan pada aspek rohani.
2.      Bagian dari Dasa Yama Brata antara lain: Anrsamsa artinya tidak kejam, Ksama artinya pemaaf, Satya artinya menjaga kebenaran, kesetiaan dan kejujuran, Ahimsa artinya tidak menyakiti atau membunuh, Dama artinya mengendalikan hawa nafsu, Arjawa artinya tetap pendirian, Priti artinya welas kasih, Prasada artinya berpikir jernih dan suci, Madhurya artinya ramah tamah, Mardawa artinya lemah lembut. Sedangkan pembagian dari Dasa Niyama Brata antara lain: Dana artinya suka memberi sedekah, Ijya artinya senang memuja dan memuji Tuhan, Tapa artinya berusaha menghindarkan keduniawan, Dhyana artinya pemusatan pikiran, Swadhyaya artinya belajar sendiri, Upasthanigraha artinya pengendalian hawa nafsu, Brata artinya pelaksanaan pantangan, Upawasa artinya puasa, Mona artinya tidak berbicara, dan Snana artinya pembersihan diri.

DAFTAR PUSTAKA

Suhardana, K.M.2007.Yama Niyama Brata. Surabaya: Paramita

http://santidiwyarthi.blogspot.com/2011/02/dasa-yama-brata.html

4 komentar: