Hai Sahabat Blogger, kali ini saya memposting salah satu Tugas mata kuliah upakara yaitu mengenai Banten Ayaban Tumpeng 5. Awalnya saya kebingungan disuruh menggali informasi mengenai bebantenan ini dikarenakan diri saya tidak terlalu tahu mengenai bebantenan. Nah akhirnya setelah search sana-sini, buka buku A buku B akhirnya saya bisa memproleh sedikit informasinya. nah maksud saya memposting bukan agar dianggap sok pintar, tetapi agar kawan semua yang membaca posting ini dapat lebih mudah dalam mengerjakan tugas serupa. Berikut beberapa bebantenan yang merupakan komponen dari banten ayaban Tumpeng 5.
Banten
Ayaban Tumpeng 5, Terdiri dari:
1.
Peras: 2 tumpeng
2.
Pengambean: 2 tumpeng
3.
Dapetan : 1 tumpeng
4.
Gebogan
5.
Sesayut
6.
Rayunan
7. Teterag
Kunjungi pula postingan tentang Banten Ayaban tumpeng 7, disini. Banten Ayaban Tumpeng 9, disini. Banten ayaban tumpeng 11, disini. dan Banten ayaban tumpeng 25, disini.
Kunjungi pula postingan tentang Banten Ayaban tumpeng 7, disini. Banten Ayaban Tumpeng 9, disini. Banten ayaban tumpeng 11, disini. dan Banten ayaban tumpeng 25, disini.
Makna masing-masing banten tersebut adalah:
1.
Peras
Kata “Peras” berarti “Sah” atau “Resmi”, dengan
demikian penggunaan banten “Peras” bertujuan untuk mengesahkan dan atau meresmikan
suatu upacara yang telah diselenggarakan secara lahir bathin. Secara lahiriah,
banten Peras telah diwujudkan sebagai sarana dan secara bathiniah dimohonkan
pada persembahannya. Disebutkan juga bahwa, banten Peras, dari kata “Peras” nya
berkonotasi “Perasida” artinya “Berhasil”. Dalam pelaksanaan suatu upacara
keagamaan, bilamana upakaranya tidak disertai dengan Banten Peras, maka
penyelenggaraan upacara itu dikatakan “Tan Peraside”, maksudnya tidak akan
berhasil atau tidak resmi/sah. Makna banten peras tersebut adalah sebagai
lambang kesuksesan. Artinya dalam banten peras tersebut terkemas nilai-nilai
berupa konsep hidup sukses. (http://astiniluna.blogspot.com/2014/01/makna-filososi-banten-canang-sari.html)
2. Pengambean
Pengambean berasal dari
akar kata “Ngambe” berarti memanggil atau memohon. Banten Pengambeyan
mengandung makna simbolis memohon karunia Sang Hyang Widhi dan para leluhur
guna dapat menikmati hidup dan kehidupan senantiasa berdasarkan Dharma di bawah
lindungan dan kendali Sang Hyang Widhi dan para Leluhur. Sehingga memunculkan
makna untuk memohon tuntunan dan bimbingan hidup agar diarahkan dan diberikan
penyinaran demi kehidupan yang lebih berkualitas.
3.
Dapetan
Banten dapetan disimbolkan
sebagai wujud permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi agar dikaruniai atau
dikembalikan kekuatan Tri Pramana termasuk kekuatan Tri Bhuwananya. Selain itu,
Banten ini mengandung makna seseorang hendaknya siap menghadapi kenyataan hidup
dalam suka dan duka. Harapan setiap orang tentunya berlimpahnya kesejahteraan
dan kebahagiaan, panjang umur dan sehat walafiat. Banten ini juga sebagai
ungkapan berterima kasih, mensyukuri karunia Tuhan Yang maha Esa karena telah
diberikan kesempatan menjelma sebagai manusia.
4.
Gebogan
Gebogan merupakan simbol
persembahan dan rasa syukur pada Tuhan/Hyang Widhi. Gebogan atau juga disebut
Pajegan adalah suatu bentuk persembahan berupa susunan dan rangkaian buah
buahan dan bunga. Umumnya gebogan dibawa ke pura untuk rangkaian upacara panca
yadnya. Arti kata gebogan itu sendiri dalam bahasa Bali sebenarnya berarti
''jumlah''. Maksudnya bahwa gebogan dibuat dari berbagai jumlah dan jenis buah
yang merupakan hasil bumi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ida Sanghyang Widhi.
5.
Sesayut
Menurut
Wijayananda, dalam bukunya Tetandingan Lan Sorohan Banten (2003: 8) menjelaskan
bahwa banten sesayut berasal dari kata “sayut” atau “nyayut” dapat diartikan
mempersilakan atau mensthanakan, karena sayut disimbulkan sebagai lingga dari
Ista Dewata, sakti dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sedangkan menurut Dunia
dalam Kata Pengantar bukunya Nama-Nama Sesayut (2008: vi) menjelaskan bahwa
sesayut berasal dari kata “sayut” yang berarti tahan, cegah (Zoetmulder, 1995;
1063). Untuk menahan, mencegah orang agar terhindar dari mala, gangguan yang
merusak, kemalangan, atau penyakit maka dibuatkanlah sesaji atau sejajen yang
disebut sesayut (Kamus Bali-Indonesia, 1978; 506).
6. Rayunan
Rayunan juga sering
disebut sebagai Ajuman/Sodan/Ajengan, yang mana dipergunakan tersendiri sebagai
persembahan ataupun melengkapi daksina suci dan lain-lain. Apabila dimakanai,
rayunan ini memiliki makna sebagai persembahan makanan kepada Ida Sanghyang
Widhi/Dewa/Bhatara/maupun leluhur. Bila ditujukan kehadapan para leluhur, salah
satu peneknya diisi kunir ataupun dibuat dari nasi kuning, disebut “perangkat
atau perayun” yaitu jajan serta buah-buahannya di alasi tersendiri, demikian
pula lauk pauknya masing-masing dialasi ceper/ituk-ituk, diatur mengelilingi
sebuah penek yang agak besar. Di atasnya diisi sebuah canang pesucian, canang
burat wangi atau yang lain. (http://imadeyudhaasmara.wordpress.com/2014/08/14/makna-canang-sari-daksina-peras-pejati-ajuman-sesayut)
7. Teterag
Khusus untuk teterag saya belum mendapatkan informasinya, barangkali diantara teman pembaca yang tahu mohon saling sharing ya! Bisa sharing via facebook dengan saya.
Saya kira hanya itu teman isi dari banten ayaban tumpeng 5, semoga postingan ini dapat membantu dimanapun teman berada. Terima Kasih!!!
Salam Sejahtera. :)
ayaban tumpeng lime dengan sorohan tumpeng lime apakah sama/beda?
BalasHapus