WEDA SMERTI

Smrti adalah juga tergolong Weda, karena kedudukannya disamakan dengan Weda (Sruti). Di
dalam Manawa Dharmasastra. II. 10. Disebutkan : Srutistu wedo wijňeyo dharmaśastram tu wai smrtih te sarwãrtheswamimămsye tăbhyăm dharmohi nirbabhau (Artinya : Sesungguhnya Sruti adalah Weda dan Smrti adalah dharmasastra; keduanya tidak boleh diragukan karena keduanya adalah sumber dari hukum suci. Dan ketentuan itu jelas bahwa Dharmasastra berusaha menunjukkan tingkat kedudukan Smrti sama dengan Sruti. Dalam beberapa terjemahan, istilah Smrti itu kadang-kadang mengandung banyak arti seperti, beberapa pengertian smerti adalah sebagai berikut :
a)      Sejenis kelompok buku Weda yang lahir dan ingatan.
b)      Nama untuk menyebutkan tradisi yang bersumber pada kebiasaan yang disebut di dalam Weda (Mds. II. 12.).

SEJARAH DESA ADAT APUH-SEBATU

Menggali sejarah Desa Pakraman Apuh sangat sulit sekali, penyebab utamanya adalah tidak adanya sumber yang tertulis secara pasti dan bernilai sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi karena keadaan yang menghendaki, maka menggunakan cerita dari warisan turun temurun dan cerita dari orang suci, dicoba untuk menyusun dalam bentuk yang sangat sederhana.
            Berdasarkan tradisi dan pelaksanaan upacara yang dilaksanakan di Desa Pakraman Apuh mengikuti pelaksanaan Upacara di Desa Pakraman Sebatu, Maka diperkirakan bahwa Desa pakraman Apuh merupakan serpihan atau bagian dari Desa Pakraman Sebatu.

PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES MEMANUSIAKAN MANUSIA

Pendidikan sebagai prroses pemanusiaan manusia merupakan hal yang di kemukakan dalam salah satu teori belajar yakni teori humanistik. Dalam teori ini lebih menekankan pada isi daripada proses, yang disesuaikan dengan minat, bakat, kemampuan serta kebutuhan belajar anak dan potensi lingkungan. Teori ini bersifat elektif, artinya dapat memanfaatkan teknik atau teori belajar apapun asal tujuan belajar siswa dapat tercapai. Teori belajar humanistik berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang si belajar bukan dari sudut pandang pendidik. Sehingga, dalam penerapan teori ini pendidik membantu siswa dalam mengembangkan dirinya (self actualization). Dalam hal ini pendidik sebagai fasilitator, sedangkan anak didik berperan sebagai pelaku utama (student center). Anak didik memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri dan diharapkan dapat mengenali serta mengembangkan potensinya secara positif.