TUMPEK LANDEP: BENARKAH MERUPAKAN OTONAN MOTOR?

            Agama dan Budaya seakan menjadi dualitas yang tidak dapat dipisahkan dalam realitaskehidupan masyarakat Hindu Indonesia pada umumnya dan Hindu Bali pada khususnya. Ajaran agama Hindu yang mengacu pada ajaran Weda lebih banyak terealisasi dalam wujud upacara yang sudah berlangsung secara turun-tumurun. Berbagai upacara terus mewarnai kehidupan masyarakat Hindu Bali sebagai ucapan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Salah satu upacara yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali atas dasar perhitungan Wewaran dan Pawukon adalah Tumpek Landep, yaitu jatuh pada Saniscara Kliwon wuku Landep.

HATHA YOGA

            Salah satu cabang yoga adalah Hatha Yoga dengan fokus pada fostur fisik yang disebut asana dan tekhnik pernafasan atau pranayama. Hatha Yoga berfokus pada tekhnik asana (postur), pranayama (olah nafas), bandha (kuncian), mudra (gesture), serta relaksasi yang mendalam. Berbagai macam gerakan yang disertai cara bernafas yang benar dipercaya dapat meningkatkan kekuatan dan kelenturan, meredakan ketegangan, serta memberikan energi baru pada tubuh. Konsep Hatha Yoga diperkenalkan dalam dua teks buku Hatha Yoga Pradipika dan Geranda Samhita yang bersumber dari Yoga Sutra Patanjali.

MEMAHAMI MAKNA SOMA RIBEK

Sebagai umat Hindu, memang tidak lepas dari upacara. Hal ini dikarenakan kerangka dasar agama Hindu terdiri dari Tattwa (filsafat), Susila (Etika), dan Upacara itu sendiri. upacara yang dilaksanakan oleh umat Hindu ada yang berdasarkan perhitungan pawukon dan ada pula yang berdasarkan perhitungan sasih. Yang berdasarkan perhitungan pawukon datangnya setiap enam bulan sekali, sedangkan yang berdasarkan sasih datangnya setiap satu tahun sekali.

WEDA SRUTI

Kelompok Śruti, menurut Bhagawan Manu merupakan Weda yang sebenarnya, atau Weda originair. Menurut sifat isinya Weda ini dibagi batas tiga bagian, yaitu : a). Bagian Mantra; b). Bagian Brahmana (Karma Kanda); c). Bagian Upanisad/Aranyaka (Jńăna kanda). Adapun isi masing-masing bagian ini adalah sebagai berikut :

GURU YANG PROFESIONAL ADALAH GURU YANG BERKUALITAS

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan yang terjadi begitu pesatnya, terutama di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Semua negara berlomba-lomba untuk menunjukkan bahwa mereka lebih unggul daripada negara yang lain. Segala sesuatu dibuat sedemikian mudah dan praktis digunakan, yang membuat manusia semakin dimanjakan. Yang Dana besar tidak segan-segan digelontorkan oleh tiap negara demi menciptakan suatu teknologi yang mendapat pengakuan dari negara lain. Tentunya semua teknologi canggih tercipta seirama dengan semakin majunya di bidang ilmu pengetahuan, berbagai penelitian dilakukan untuk mengungkap fenomena-fenomena yang masih terselubung. Hal ini sangat mengagumkan mengingat bagaimana tekun dan giatnya para peneliti walaupun kadang membutuhkan waktu lebih dari umur mereka untuk menguak suatu fenomena. Hasilnya seperti yang disaksikan sekarang berbagai teori bermunculan yang menjadi modal pencptaan teknologi baru dan menjadi dasar bagi pengembangan potensi generasi muda.

TIPS MENGATASI KEMARAHAN

Kemarahan merupakan sesuatu yang secara khodrati pernah dialami oleh setiap manusia. Dalam sebuah situasi yang membuat suasana hati tidak senang dan membuat tekanan darah meningkat pasti kemarahan akan muncul. Dalam agama Hindu, kemarahan yang disebut "Krodha" merupakan salah satu bagian dari Sadripu, yaitu enam musuh yang ada dalam diri manusia selain Kama, Lobha, Moha, Mada, dan Matsarya.

NILAI SAKRAL SESUWUNAN BARONG DAN RANGDA DI PURA DESA PEMAKSAN BANJAR ROJONG, DUSUN TANAH EMBET BARAT

Hallo para sahabat Blogger.. lama saya belum bisa posting sudah lebih dari sebulan. Nah sekarang saya berbagi makalah yang telah saya selesaikan pada mata kuliah seni sakral. Langsung aja ya..

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Era Globalisasi ini ditandai dengan adanya perubahan yang mengglobal (menyeluruh) pada aspek kehidupan. Perubahan terus terjadi seiring dengan daya kreasi manusia yang terus berkembang. Perubahan memang terus terjadi baik itu mengarah ke hal yang positif maupun hal yang negatif, karena sebagaimana orang bijak mengatakan bahwa yang paling abadi adalah perubahan itu sendiri. Perubahan ini menunjukkan bahwa manusia mampu berkreasi, berinovasi dan berkembang. Berkreasi tidak hanya  terbatas pada satu hal, tetapi setiap orang memiliki tempatnya masing-masing untuk berkreasi sesuai dengan bakat yang dimiliki. Begitu pula dalam hal berinovasi, inovasi akan muncul seirama dengan kreasi yang muncul dalam benak manusia yang nantinya semua ini akan membuat kehidupan manusia semakin berkembang.
            Menukik pada kreasi, bahwa sesungguhnya setiap insan manusia terlahir dengan kemampuan berkreasi yang berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena faktor keturunan maupun karena faktor lingkungan dimana manusia tumbuh dan berkembang. Kreasi yang bisa dituangkan manusia bisa saja mencakup kesenian, sastra, teknologi, komunikasi, atau hal lainnya yang memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Akan tetapi kesan di masyarakat, ketika berbicara mengenai kreasi maka hal pertama yang terbayang dalam benak adalah mengenai kesenian. Mengapa demikian? Karena selama ini kreasi yang lebih mudah diterima oleh masyarakat adalah di bidang kesenian. Kesenian yang bisa dikreasi oleh manusia seperti seni tari, seni musik, seni patung, seni lukis, seni tabuh, dan seni lainnya yang mampu menimbulkan rasa senang dan nyaman bagi para penikmatnya.

UPACARA TUTUG KAMBUHAN

Deskripsi:
     Upacara Tutug Kambuhan di tempat berbeda di Bali, disebut juga sebagai upacara: Kambuhan, Macolongan, dan Tutug Kakambuhan. Bermakna sama, sebagai suatu upacara yang dilakukan saat bayi berusia 42 hari (a-bulan pitung dina = 1 bulan 7 hari menurut perhitungan Kalender Bali). Kata “kambuh” dalam bahasa jawa kuno artinya semakin kuat. Yang menarik adalah istilah upacara mecolongan, kata “colong” artinya mencuri. Karena memang pada upacara ini ada suatu ritual yang dilakukan dengan jalan mencuri anak ayam yang baru berumur beberapa hari saja.
Arti:
     Membersihkan jiwa raga sang bayi dan ibunya dari segala noda dan kotoran, dan berterima kasih kepada “Nyama Bajang”, yang mana ayam yang dicurilah yang dijadikan “nyama bajang”

CANANG BUKAN UNTUK SEMBAHYANG!!!!

Canang adalah sarana persembahyangan yang sudah tidak asing bagi umat Hindu di Indonesia. Beberapa sumber menyebutkan bahwa canang merupakan istilah yang diambil dari bahasa Jawa Kuno yang berarti sirih, yang mana awalnya sirih ini merupakan suguhan yang diberikan kepada tamu yang dihormati. Menurut keyakinan juga, sirih ini benar-benar bernila tinggi, sehingga menjadi unsur penting dalam upacara agama. Lain di Jawa lain di Bali, di Bali sendiri canang sudah akrab dengan upakara, dan apabila dikaitkan dengan pendefinisian canang di Jawa, maka bisa dilihat pula bahwa inti dari canang itu adalah sirihnya yang disebut "Porosan".
            Canang merupakan syarat utama yang harus ada dalam membuat upakara baik dalam ukuran

PANCA SRADHA


Pengertian dan Pembagian  Panca Sradha
Bila dijabarkan menurut katanya,panca dapat diartikan lima dan sradha dapat diartikan
keimanan atau kepercayaan. Jadi Panca Sradha adalah lima dasar kepercayaan atau keyakinan agama Hindu yang harus dipegang teguh dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat demi mencapai tujuan hidupnya di dunia (alam skala dan niskala).

YOGA PENGUATAN KAKI


Pada postingan kali ini saya akan mencoba kembali mengulas hal berkaitan dengan Yoga Asanas. Hal ini tentunya bukan mengenai apa definisi dari Yoga Asanas, atau bagaimana jenisnya. Tetapi saya akan mencoba menguraikan sedikit dari sekian banyak manfaat yang bisa diberikan apabila rutin melakukan Yoga Asanas. Barangkali tidak sedikit dari kita yang pernah mengalami kecelakaan dan membuat kekuatan kaki berkurang, atau kaki menjadi tidak sekuat sebelumnya.

Weda Sebagai Sumber Hukum Hindu: Pengertian Umum Weda sebagai sumber Hukum

Sumber atau asal Hukum yaitu peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang mengatur tingkah laku manusia baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok agar tercipta suasana hidup yang serasi dan harmonis, berdaya guna dan tertib.  Hukum ini ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis. Hukum inilah yang merupakan Undang-Undang, manusia di dalam pergaulan menjalankan kehidupan mereka diatur oleh Undang-Undang yang dibuat oleh lembaga pembuat Undang-Undang. Dibuat oleh manusia karena itu Undang-Undang adalah buatan manusia. Disamping Undang-Undang itu, ada pula Undang-Undang yang bersifat murni, yaitu Undang-Undang yang dibuat oleh Tuhan juga disebut Wahyu Tuhan. Wahyu inilah yang dihimpun dan dikodifikasi menjadi “KITAB SUCI”. Jadi kitab suci adalah semacam Undang-Undang yang pembuatnya adalah Tuhan, bukan manusia (apauruseya).
Didalam negara, Undang-Undang dari semua Undang-Undang disebut Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar itu mengatur pokok-pokok yang menjadi sendi kehidupan bernegara

SAPTA RSI PENERIMA WAHYU

Sapta rsi adalah tujuh Rsi. Sapta artinya tujuh dan rsi artinva Pendeta. Sapta rsi ini   termasuk golongan Wipra yang dianggap sebagai Nabi pènerima Wahyu yang pertama didalam Weda (Rg. Weda). Istilah rsi tidak sama artinya dengan Pendeta, walaupun kadang-kadang diartikan demikian seperti terdapat dibeberapa daerah. Seorang rsi mempunyai sifat-sifat tertentu dan jabatan tertentu. Ia adalah pendeta dan juga adalah sastrawan. Ia adalah Nabi. Jadi sukarlah untuk mengatakan kedudukan Rsi yang sebenarnya, sedangkan dewasa ini Rsi adalah pendeta. Oleh karena itu untuk membedakan arti kata Rsi sekarang dengan Rsi jaman dahulu biasanya digunakan istilah Maha Rsi, yang artinya Rsi yang agung dan utama melebihi Rsi-rsi yang lainnya.