BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan
perkembangan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam
kehidupan manusia. Pertumbuhan lebih mengarah pada perubahan pada fisik manusia
baik itu penambahan massa tubuh, penambahan tinggi badan maupun hal lainnya
berkaitan dengan fisik. Akan tetapi kalau berbicara mengenai perkembangan lebih
mengarah pada pola pikir kemudian kematangan mental, misalnya saja perkembangan
dari anak menuju remaja yang ditandai dengan masa pubertas (Menstruasi pada
perempuan dan mimpi basah pada
laki-laki). Begitu pula dengan perkembangan manusia menuju pendewasaan yang
ditandai dengan sikap yang matang dan menjadi panutan bagi orang di sekitarnya.
Apabila dikaitkan dengan pembelajaran psikologi pendidikan, maka perkembangan
menjadi kajian yang lebih ditekankan untuk melihat bagaimana perubahan yang
terjadi pada individu dalam kaitannya dalam dunia pendidikan.
Perkembangan individu
tentunya tidak bisa dilihat secara spontan tanpa adanya spesialisasi yang
khusus antara satu dengan yang lain. Sebagaimana dalam memberi perlakuan antara
satu individu satu dengan yang lain juga harus memperhatikan faktor usia untuk
melaukan pendekatan yang tepat sesuai dengan perkembagan pola pikir
masing-msing individu. Oleh karena itu juga secara spesifik perkembangan dibagi
atas perkembangan pada anak, perkembangan remaja dan perkembangan dewasa. Yang
dalam praktiknya perkembangan ini juga harus sejalan dengan pertumbuhan dari
seorang individu untuk memproleh hasil yang maksimal dalam proses penerapan
konsep psikologi pendidikan.
Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang
kompleks, artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin
dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun
unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan
sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan
anak tersebut. perkembangan seseorang berlangsung sejak dilahirkan sampai
dengan mati. Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar
bagian-bagian tubuh. Kualitatif atau psikologis bertambah perkembangan
intelektual dan bahasa.
Perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut
matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sampai pada tingkat tertentu (Langeveld). Konsep pertumbuhan dan perkembangan
berlangsung secara interpendensi saling bergantung satu sama lain. Tidak bisa
dipisahkan tetapi bisa dibedakan untuk memperjelas penggunaannya. Perkembangan
individu sangat dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan jika seorang individu
mengalami pertumbuhan yang baik maka perkembangan akan baik pula. Pertumbuhan
dan perkembangan yang baik tentunya akan sangat berdampak pada proses
pendidikan yang berlangsung di suatu instansi pendidikan mengingat bahwa
peserta didik merupakan individu yang sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan dari waktu ke waktu terkhusus pada anak dan remaja. Perkembangan
dan pertumbuhan pada anak dan remaja dalam kaitannya dengan pendidikan tentunya
merupakan sesuatu yang sangat riskan untuk dibicarakan dan dibahas, hal ini
disebabkan karena pada usia demikian akan memberikan pondasi dari segi sikap
dan prilaku untuk pertumbuhan dan perkembangan anak atau remaja itu ke depan.
Sehubungan dengan hal itulah maka dalam pembahasan ini
penulis akan membahas mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja
sebagai peserta didik, dengan harapan nantinya dapat memberikan pemahaman bahwa
perhatian pada pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja akan sangat
memberikan pengaruh pada keberhasilan di dunia pendidikan terkhusus dalam
proses belajar-mengajar.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang
telah penulis uraikan dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan menjadi
materi pokok yang dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1. Apa
yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan?
2. Bagaimanakah
karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja?
3. Bagaimanakah
pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai peserta didik?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari penulisan makalah
ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, antara lain:
1. Agar
pembaca dan penulis mengetahui apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan
perkembangan.
2. Agar
pembaca dan penulis mengetahui bagaimana karakteristik pertumbuhan dan
perkembangan anak dan remaja.
3. Agar
pembaca dan penulis mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja
sebagai perserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pertumbuhan dan
Perkembangan
Istilah-istilah pertumbuhan dan perkembangan sering
digunakan orang secara “interchangeably”
artinya keduanya itu dipakai secara silih berganti dengan maksud yang sama.
Sebenarnya masing-masing istilah ini mempunyai pengertian yang berbeda, dan
perbedaan ini masih jarang diperhatikan orang, begitu pula oleh sebagian besar
para ahli atau penulis tentang psikologi pendidikan. Sebagai ilustratif untuk
mengenal perbedaan pengertian tentang pertumbuhan dan perkembangan, di bawah
ini kami kemukakan suatu gambaran logis tentang manusia sebagai makhluk yang tumbuh
dan berkembang. Gambaran ini disadap dari pandangan John Dewey tentang
kehidupan manusia. (Soemanto, 1983: 42)
Apakah manusia itu? Manusia adalah makhluk yang hidup,
apakah hidup itu? Hidup pada hakikatnya adalah suatu proses pertumbuhan. Yang
bertumbuh adalah hidup sedangkan yang tidak bertumbuh adalah mati. Itulah makna
kehidupan sesuatu, yaitu sesuatu harus bertumbuh, dan kita tahu sekarang,
bagaimanakah manusia yang tidak bertumbuh itu? Kemudian timbul pertanyaan:
apakah pertumbuhan itu? Pertumbuhan adalah suatu proses penyesuaian pada
tiap-tiap fase perubahan. Apakah pertumbuhan selalu diikuti dengan
perkembangan? Perkembangan sesuatu sering tergantung pada faktor-faktor
pendukung petumbuhan sesuatu. Apakah perkembagan itu? Perkembangan pada
dasarnya adalah perubahan kualitatif sesuatu sehingga membuahkan sesuatu atau
manfaat bagi pihak lain. (Soemanto, 1983: 42-43)
Gambaran ilustratif di atas kiranya cukup memberikan
keterangan bagi kita, ternyata terdapat perbedaan maksud antara istilah
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran,
volume dan massa yang bersifat irreversible(tidak dapat balik) karena adanya
pembesaran sel dan pertambahan jumlah sel akibat adanya proses pembelahan sel.
Pertumbuhan dapat dinyatakan secara kuantitatif karena pertumbuhan dapat
diketahui dengan cara melihat perubahan yang terjadi pada makhluk hidup yang
bersangkutan. Contohnya adalah pertumbuhan pada tumbuhan dapat di lihat dengan
adanya perubahan tinggi babatang, menghitung jumlah daun, jumlah bunga, dll. Sedangkan
Perkembangan adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup
yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan dengan suatu bilangan
tatpi dapat di amati dengan mata telanjang. Proses perkembangang dapat di lihat
dengan terbentuknya organ-organ perkembangbiakan seperti munculnya bunga pada
tumbuhan yang kemudian di ikuti oleh
buah atau umbi, dll. (http://www.kamusq.com/2013/08/pertumbuhan-dan-perkembangan-adalah.html)
Pertumbuhan yang menyangkut perubahan materiil dan
struktur fisiologis, sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek tertentu yang mana
aspek-aspek itu sendiri saling berhubungan. Adapun aspek-aspek yang
mempengaruhi pertumbuhan meliputi:
1)
Anak sebagai keseluruhan
Anak sebagai keseluruhan tumbuh oleh kondisi dan interaksi
dari setiap aspek kepribadian yang ia miliki. Intelek anak berhubungan dengan
kesehatan jasmaninya, kesehatan jasmaninya sangat dipengaruhi oleh emosi-emosi,
sedangkan emosinya dipengaruhi oleh keberhasilannnya di sekolah, kesehatan
jasmani dan kapasita mentalnya.
2)
Umur mental anak mempengaruhi pertumbuhannya
Umur mental anak mempengaruhi kapasitas mentalnya. Kapasitas
mental anak menentukan prestasi belajarnya. Hasil penelitian menunjukan adanay
hubungan yang erat antara prestasi dan pertumbuhan atau tingkat kematangan
anak.
3)
Permasalahan tingkah laku sering berhubungan
dengan pola-pola pertumbuhan
Anak-anak yang pertumbuhannya cepat, lambat, atau tidak
teratur sering menimbulkan problem-problem pengajaran. Anaka memiliki energi
yang diproleh dari makanan dan gizi. Energi ini digunakan untuk : (1)
aktivitas-aktivitas, dan (2) pertumbuhan.
4)
Penyesuaian pribadi dan sosial mencerminkan
dinamika pertumbuhan
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada anak akibat pertumbuhan
dan setelah dihadapkan dengan tantangan kultural masyarakat terutama
harapan-harapan orang gtua, guru-guru, dan teman-teman sebayanya, tercermin di
dalam penyesuaian sosialnya.
(Soemanto, 1983: 54-55)
Sementara itu, apabila berbicara mengenai perkembangan
yang lebih mengarah pada aspek yang sifatnya kualitatif dapat ditentukan
tahapan-tahapan perkembangan pribadi manusia secara paedagogis dari sudut
tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan sesuai pendapat John Amos
Cornius (1952) terdiri dari lima tahap, yaitu:
a)
Tahap enam tahun pertama; tahap perkembangan
fungsi pengindraan yang memungkinkan anak mulai mampu untuk mengenal
lingkungan.
b)
Tahap enam tahun kedua; tahap perkembangan
fungsi ingatan dan imajinasi individu yang memungkinkan anak mulai mampu
menggunakan fungsi intelektual dalam usaha mengenal dan menganalisis
lingkungannya.
c)
Tahap enam tahun ketiga; tahap perkembangan
fungsi intelektual yang memungkinkan anak mulai mampu mengevaluasi sifat-sifat
serta menemukan hubungan-hubungan antar variabel di dalam lingkungannya.
d) Tahap
enam tahun keempat; tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari, “self-directing” dan “self-controle”.
e)
Tahap kematanagn pribadi; tahap dimana intelek
memimpin perekembangan semua aspek kepribadian menuju kematangan pribadi dimana
manusia berkemampuan mengasihi Tuhan dan sesama manusia.
Menurut H.C.
Whetherington dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology ada sembilan
prinsip-prinsip umum pertumbuhan dan perkembangan. Namun tidak semua diuraikan
disini, ini bukan berarti tidak penting, melainkan lebih menekankan yang paling
menonjol dan paling dirasakan dalam praktek nyata. Prinsip-prinsip tersebut ialah:
1. Efek
usaha-usaha belajar bergantung kepada tingkat kedewasaan yang telah tercapai.
2. Pertumbuhan
lebih cepat jalannya dalam tahun-tahun pertama.
3. Setiap
individu mempunyai tempo perkembangan sendiri.
4. Setiap
golongan individu mengikuti pola perkembangan umum yang sama.
5. Hereditet
dan lingkungan sama pentingnya bagi pertumbuhan.
6. Sifat-sifat
psikis timbul bersama-sama dan tidak secara berturut-turut. (Mustaqim; 2001)
1.2
Karakteristik
Pertumbuhan dan Perkembangan anak dan Remaja
1.2.1
Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak
Sebagian besar orangtua menganggap awal masa
kanak-kanak sebagai usia yang
mengandung masalah atau sulit. Masa bayi
sering membawa masalah bagi orang tua dan umumnya berkisar pada masalah fisik
bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang
lebih menyulitkan daripada masalah perawatan fisik masa bayi. Alasan masalah
perilaku lebih sering terjadi di awal masa kanak-kanak ialah karena anak-anak
muda sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik yang menuntut
kebebasan yang umumnya kurang berhasil. Di sisi lain, mereka seringkali bandel,
keras kepala, tidak menurut negativistic, dan melawan. Seringkali marah tanpa
alasan. Pada malam hari terganggu oleh mimpi buruk dan pada siang hari ada rasa takut yang tidak rasional, dan merasa cemburu.
Sebagian orang tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang
mengandung masalah atau usia sulit, orangtua juga mengganggap masa awal
kanak-kanak sebagai usia mainan, karena sebagian besar waktunya dihabiskan
dengan mainan.
Sebutan yang digunakan para pendidik; Para pendidik
menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah. Sebutan
yang digunakan para ahli psikologi; sebutan yang banyak digunakan adalah usia
kelompok, yaitu masa di mana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku social
sebagai persiapan bagi kehidupan social yang lebih tinggi yang diperlukan untuk
penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas satu. Karena perkembangan utama
yang terjadi selama awal masa kanak-kanak seputar penguasaan dan pengendalian
lingkungan, banyak ahli psikologi melabelkan awal masa kanak-kanak sebagai usia
menjelajah, artinya menunjukkan bahwa anak-anak ingin mengetahui keadaan
lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya dan bagaimana ia
dapat menjadi bagian dari lingkungan. Salah satu caranya dengan bertanya. Jadi
periode ini sering disebut sebagai usia bertanya. Hal lain juga yang paling
menonjol adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain. Sehingga dikenal
dengan usia meniru. Namun demikian kecendrungan yang lebih dari sekedar meniru
adalah menujukkan kreatifitas dalam bermain dibandingkan dengan masa-masa lain
dalam kehidupannya. Dengan alasan ini, ahli psikologi juga menamakan sebagai
usia kreatif. (http://rezamega1911.blogspot.com/2013/02/karakteristik-perkembangan-anak_6.html)
Karakteristik
Siswa Sekolah Dasar (anak-anak) Meliputi :
a.
Faktor
intelektual
Faktor intelektual dari siswa adalah kemampuan untuk
berhubungan dengan
lingkungan hidup dan dirinya sendirinya sendiri dalam bentuk representative,
khususnya konsep dan berbagai lambang dan simbol huruf, angka, kata dan gambar. Intelektualisme
bisa diartikan sebagai akal atau pikiran. Pikiran memiliki perkembangan yang
bisa menentukan. Karena itulah para pendidik disamping mengembangkan
aspek-aspek lain dari anak-anak didik kita untuk memberikan bimbingan yang
sebaik-baiknya bagi perekmbangan pikiran itu. Proses dari jalannya berpikir
siswa melalui pembentukan pengertian logis, dimana siswa dalam membentuk
pengertian logis ini sebelumnya menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang
sejenis, kemudian membandingkan ciri-ciri mana yang tidak sama, mana yang
selalu ada, mana yang hakiki dan mana yang tidak. Supaya dapat berpikir yang
tepat dan cepat, maka bekal yang harus dipunyai seperti halnya pengetahuan
siswa, faktor sosial siswa, bahasa siswa, bakat dan sebagainya yang semua hal
tersebut merupakan faktor dalam dan luar yang saling menunjang terbentuknya
faktor intelektual dari siswa.
Dengan mulainya anak sekolah, maka dunianya
semakin luas dan demikian pula minatnya. Dengan bertambah luasnya minat, maka
bertambah pula pengeetian tentang ornag-orang dan benda-benda yang sebelumnya
sedikit sekali atau sama sekali tidak berarti baginya. Tidak saja pemahamanya
mengenai lingkungan meningkat melalui pengajaran formal yang diterima dikelas,
tetapi juga diperluas melalui pikiran dengan teman-teman sebayanya dan melaui
kemampuan membacanya. Dari pengalamanya diperluas dan dari
pengajaran-pengajarannya di sekolah, akan mengembangkan sikap yang lebih
realistis mengenai hidup.
b.
Faktor
Kognitif
Santrock (2007) menjelaskan bahwa anak-anak
dalam memahami dunia mereka secara aktif, mereka menggunakan skema (kerangka
kognitif atau kerangka referensi). Sebuah skema adalah konsep secara eksis pada
individu yang dipergunakan untuk mengorganisasikan dan
menginterpretasikansebuah informasi. Oleh karena itu kemampuan kognitif ini,
siswa dapat menghadirkan sifat realitas dunia didalam dirinya sendiri, dari
yang bersifat material dan berperaga seperti perabot rumah tangga, kendaraan,
bangunan dan orang, sampai hal-hal yang tidak bersifat material dan peraga
seperti ide “ keadilaan, kejujuran” dan lain sebagainya.
Adapun yang termasuk dalam aktivitas kognitif
ini yaitu :
1.
Mengingat,
adalah suatu aktivitas kognitif, dimana menyadari bahwa pengetahuannya berassal
dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diproleh dari masa
lampau. Pada saat mempelajari materi untuk pertama kali, siswa mengolah bahan
pelajaran ( fase fiksasi), yang kemudian disimpan dalam ingatan ( fase retensi
; akhirnya materi yang dipelajari dahulu dan disimpan itu diingat kembali( fase
efokasi ). Siswa dapat belajar ,untuk mengingat kembali dengan lebih baik,
terutama dengan memperhatikan dan mempelajari materi yang harus diingat kelak
dengan sungguh-sungguh. Jadi kemajuan mengingat kembali, sangat tergantung pada
konsentrasi dan mengolah materi pelajaran pada saat fiksasi. Hal ini menjadi
nyata bila siswa menghapal sesuatu dan bila siswa memecahkan sesuatu dengan
mencari pemahaman.
2.
berpikir,
siswa berhadapan dengan obyek-obyek yang diwakili dalam kesdaran. Jadi orang
tidak langsung menghadapi obyek secara fisik yang terjadi dalam mengamati
sesuatu yang diamati bila dilihat, mendengar atau meraba, dalam berpikir obyek
hadir dalam bentuk representative. Bentuk-bentuk representative yang paling
pokok adalah tanggapan, pengertian atau konsep lambang dan verbal. Maka semakin
berkembang si anak, makin kaya ia akan tanggapan-tanggapan.
c.
Faktor
Verbal
Riset
penting ekstensif terhadap dua belahan otak adalah pada aspek bahasa. Dalam
kebayakan individu, ucapan dan tata bahasa berada di belahan otak kiri (
santrock, 2007). Faktor verbal pada massa usia sekolah adalah pengetahuan yang
dimiki seseorang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa. Memahami arti apa yang
di
ucapkan
orang lain berkembang cepat pada masa ini. Pada masa ini mereka mengerti dengan
mudah intruksi-intruksi yang diberikan oleh orang lain dan mengerti arti
cerita-cerita yang dibacakan kepada mereka. Mendengarkan radio dan menonton
televise ternyata sangat menguntungkan bagi perkembangan pendaharaan bahasa
anak-anak.
Oleh
karena itu keterampilan-keterampilan motorik memainkan peran penting dalam
keberhasilan anak disekolah dan dalam pergaulan dengan anak-anak lain, ia
cenderung untuk menarik diri dari kelompok dan mengembangkan sikap-sikap yang
kurang sehat terhadap dirinya sendiri dan kehidupan sosialnya. Pada umumnya
anak bila diberikan kesempatan, sering sekali mengikiuti kegiatan motorik yang
beragam. Mereka mau berlatih tanpa kenal lelah untuk mencapai sukses dan mereka
bangga atas pencapaianya. Dengan berlatih akan mencapai peningkatan baik dalam
kecepatan maupun ketepatan.
d.
Faktor
emosional
Emosi-emosi
yang umum dipahami pada tahap perkembangan ini adalah marah, takut, cemburu,
kasih sayang, rasa ingin tahu dan kegembiraan. Masing-masing emosi tersebut
mempunyai pola ekspresi yang telah berkembang baik pada masa prasekolah dan
masing-masing emosi itu ditimbulkan oleh perangsang yang umum dialami
kebanyakan anak-anak.
Menginjak
masa sekolah, anak segera menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar
tidaklah mudah diterima dimasyarakat. Dengan demikian ia mempunyai motivasi
yang kuat untuk belajar mengendalikan dan mengungkapkan emosinya. Emosi-emosi
yang terdapat pada pra sekolah, terdapat juga pada masa sekolah. Perbedaannya
terletak pada dua hal : pertama, situasi yang menimbulkan emosi. Kedua, dalam
bentuk pertanyaannya atau ekspresinya. Perbedaan ini adalah perbedaan hasil
dari bertambah luasnya pengalaman dan pengetahuan anak.
2.2.2
Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan
pada Remaja
Karakteristik
pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi biologis,
transisi kognitif, dan transisi sosial.
1. Transisi
biologis
Menurut
Santrock (2003 : 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada
saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan
sosial. Diatara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh. Selanjutnya mulai
berfungsinya alat-alat reproduksi (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006 : 52). Pada
dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan kelenjar
hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya
pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktivitas serta pertumbuhan alat
kelamin utama pada kedua remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002 : 94)
2. Transisi
Kognitif
Menurut
Piaget (Santrock, 2002 : 15) pemikiran operasional formal berlangsung antara
usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis,
dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa
remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya
merupakan penyesuaian diri biologis. Secara lebih nyata mereka mengaitkan suatu
gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan
dan pengalaman melainkan juga menyesuaikan cara berpikir mereka untuk menyertakan
gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.
Menurut Piaget (Santrock, 2003 : 110) secara lebih nyata pemikiran operasional
formal bersifat lebih abstrak, idealis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak
dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar
abstrak. Remaja juga lebih idealis dalam berpikir seperti memikirkan
karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berpikir
secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana
untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang
terpikirkan. Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan
sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan
kognitif remaja.
3. Transisi
Sosial
Santrock
(2003 : 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami perubahan
dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, kepribadian, dan
dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua,
serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan
remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat,
merefleksikan peran proses sosio-emosional dalam perkembangan remaja. John Plavell
(Santrock, 2003 : 125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau
kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya
kematangan dan kompetensi sosial mereka. Perkembangan sosial anak telah dimulai
sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja.
Hubungan sosial anak pertama-tama masih sangat terbatas dengan orang tuanya
dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang semakin meluas
dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain jenis
(Rita Eka Izzaty dkk, 2008:139).
1. Hubungan
dengan teman sebaya
Menurut
Santrock (2003 : 219) teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan
tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry Stack
Sullivan (Santrovk, 2003 : 220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai
belajar mengenai pola hubungan timbal balik dan setara melalui interaksi dengan
teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan
pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya
ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung.
Ada
beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003 : 206),
yaitu:
a)
Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai
menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit.
b)
Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
c)
Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah
hati dan mau bekerja sama.
d) Menghargai
diri sendiri dan orang lain.
e)
Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan
pertolongan, nasihat, duduk berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan
menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.
Ada
beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock
(3002 : 307), yaitu:
a)
Akan merasa kesepian karena kebutuhan sosial
mereka tidak terpenuhi.
b)
Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
c)
Anak mengembangkan konsep diri yang tidak
menyenangkan, yang dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian.
d) Kurang
memiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi.
e)
Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh
kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka.
f)
Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki
kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin
memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
g)
Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi
sosial terhadap mereka, dan ini akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan
sangat peka.
h)
Sering melakukan penyesuaian diri secara
berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan penerimaan sosial mereka.
Sementara
itu Hurlock (2000 : 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang diperoleh
jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:
a)
Merasa senang dan aman.
b)
Mengembangkan konsep diri yang menyenangkan
karena orang lain mengakui mereka.
c)
Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai
pola perilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan sosial yang membantu
kesinambungan mereka dalam situasi sosial.
d) Secara
mental bebas untuk mengalihkan perhatian mereka keluar dan untuk menaruh minat
pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
e)
Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan
tidak mencemooh tradisi sosial.
2. Hubungan
dengan Orang Tua
Menurut
Steinberg (Santrock, 2002 : 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah
suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa
anak-anak. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan
idealism dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian
dan identitas, perubahan kebijaksaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang
dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja.
Collins
(Santrock, 2002 : 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka
berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seorang yang tidak mau menurut,
melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua
cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan memberi lebih banyak tekanan
kepada remaja agar menaati standat-standar orang tua.
Dari
uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi
dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh
Santrock, (2003 : 24) yaitu: 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan
konflik. 2) mencoba mencapai suatu pemahaman timbal balik. 3) mencoba melakukan
curah pendapat (brainstorming). 4) mencoba bersepakat tentang satu atau lebih
pemecahan masalah. 5) menulis kesepakatan. 6) menetapkan waktu bagi suatu
tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa
remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan
emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan
sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari
perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi
sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi
baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan
tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi
bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu,
dan akan nampak jelas pada remaja akhir
yang duduk di masa kuliah.
2. Perubahan
yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa
tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang
terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi,
pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi
badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri
remaja.
3. Perubahan
dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa
remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak
digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga
dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka
remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang
lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja
tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan
nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak- kanak menjadi kurang penting karena sudah
mendekati dewasa.
5. Kebanyakan
remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi
mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung
jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka
sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.Remaja ada diantara anak dan
orang dewasa, remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi fisik maupun
psikisnya.
Remaja ada dalam tempat marginal. Berhubung ada macam-macam
persyaratan untuk dapat dikatakan dewasa maka lebih mudah untuk dimasukan katergori
anak dari pada dewasa. Baru pada abad ke 18 maka masa remaja di pandang sebagai
periode tertentu lepas dari periode kanak-kanak. Meskipun begitu kedudukan dan
status remaja berbeda dari pada anak, masa remaja menunjukan dengan jelas
sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status
orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak.
Remaja menurut WHO adalah suatu masa pertumbuhan dan
perkembangan dimana:
1) Individu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya
sampai saat ia mencapai kematamgan seksual.
2) Individu
mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa.
3) Terjadi
peralihan dari kertengantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relative lebih mandiri.
Havigurst (Garrison,1956:14-15)mengemukakan 10 jenis
tugas perkembangan remaja yaitu:
1) Mencapai
hubungan dengan teman lawan jenisnya secara lebih memuaskan dan matang;
2) Mencapai
perasaan seks dewasa yang diterima secara sosial;
3) Menerima
kedaan badanya dan menggunakanya secara efektif;
4) Mencapai
kebebasan emosional dari orang dewasa;
5) Mencapai
kebebasan ekonomi;
6) Memilih
dan menyipkan suatu pekerjaan;
7) Menyiapkan
perkawinan dan kehidupan berkeluarga;
8) Mengembangkan
ketrampilan dan kosep intelektual yang perlu bagi warga Negara yang kompeten;
9) Menginginkan
dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial;dan
10) Menggapai
suatu perangkat nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku
2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan
Remaja sebagai Peserta Didik
Perkembangan bagi setiap anak sebagai individu
mempunyai sifat yang unik. Saufrock dan Yussen menyatakan sebagai berikut, “Eas
us develops some other individual, and like individual, like some other
invidual, and like no other individual”. Maksudnya bahwa tiap-tiap invidu
berkembang dengan cara tertentu, seperti individu lain, dan seperti tidak ada
invividu yang lain.
Garry 1963 (oxendine, 1984: 317) mengelompokan
perbedaan individual kedalam bidang-bidang berikut ini.
a) Perbedaan
fisik, seperti usia, berat badan, jenis kelamin, pendengaran, dan kemampuan
bertindak.
b) Perbedaan
social,seperti status ekonomi, agama, hubungan keluarga dan suku.
c) Perbedaan
kepribadian, seperti watak, minat, motif, dan sikap.
d) Perbedaan
intelegensi dan kemampuan dasar.
e) Perbedaan
kecakapan disekolah
Perbedaan fisik bukan saja terbatas pada ciri-ciri
yang dapat diamati dengan panca indra, seperti tinggi badan warna kulit, jenis
kelamin, nada suara, dan bau keringat. Gejala yang dapat diamati bahwa mereka
menjadi lebih atau kurang dalam bidang tertentu dibandingkan dengan yang
lainnya.
a.
Perbedaan kognitif
Proses belajar mengajar adalah upaya menciptakan
lingkungan yang positif yang direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang
dimiliki seseorang. Menurut Blom, proses belajar, baik disekolah maupun diluar
sekolah menghasilkan tiga kemampuan yang dikenal sebagai taxonomi blom, yaitu
kognitif, efektif, dan psikomotorik. Menurut Myers (1996) Kognitif adalah istilah
umum yang mencakup segenap mode pemahaman, yakni persepsi, imajinasi,
penangkapan makna, penilaian, dan penalaran.sedangkan menurut chaplin (2002),
dijelaskan bahwa kogniif adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk
pengenalan, mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka,
membayangkan, memperkirakan, menduga, dan menilai.
b.
Perbedaan dalam kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemapuan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, yaitu untuk menyatakan pikiran dan perasaanya
dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang bermakna dan sistematis. Kemampuan
berbahasa ini berbeda antara satu individu dan individu lainya, serta sangat
dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan. Faktor lain yang juga
penting adalah faktor fisik, terutama organ berbicara.
c.
Perbedaan dalam kecakapan motoric
Kecakapan motoric atau kemampuan psikomotorik
merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motoric yang
dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan berbagai kegiatan. Semakin dewasa
seseorang, semakin matang pula fungsi-fungsi fisiknya. Kemampuan motoric
dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan berfikir
seseorang. Karena kematangan pertumbuhan fisik dan berfikir setiap orang
berbeda-beda.
d.
Perbedaan dalam latar belakang
Latar belakang keluarga,baik dilihat dari segi sosio
ekonomi maupun social kultural adalah berbeda-beda.perbedaab latar belakang dan
pengalaman dapat memperlancar atau menghambat kemampuan atau prestasi
seseorang. Pengalamn belajar yang dimiliki anak dirumah mempengaruhi kemauan
dan keterampilan untuk berpretasi dalam situasi belajar yang disajikan. Minat
dan sikapnya terhadap mata pelajaran tertentu, kecakapan atau kemauan untuk
berkonsentrasi pada bahan pelajaran, dan kebiasaan-kebiasaan belajrar merupakan
faktor-faktor perbedaan individual diantara para siswa.
e.
Perbedaan bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang dibawa atau
dimiliki seseorang sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang secara baik
apabila mendapatkan rangsangan dan latihan secara tepat.sebaliknya,bakat itu
tidak akan berkembang jika lingkungan tidak memberi kesempatan, dalam arti
tidak ada rangsangan dan latihan yang baik. Dalam hal pengembangan bakat ini,
makna pendidikan menjadi sangat penting artinya.
f.
Perbedaan dalam kesiapan belajar
Perbedaan individual tidak hanya disebabkan oleh
keragaman, kematangan, tetapi juga oleh keragaman latar belakang sebelunya.
Anak berusia 6 tahun yang memasuki sekolah dasar kelas satu mungkin berbeda
satu, dua, bahkan 3 tahun dalam tingkat kesiapan untuk mengambil manfaat dari
pendidikan formal.
Disamping semua itu faktor faktor yang pempengaruhi
perkembangan peserta didik apabila perkembangan dikaitkan dengan dunia
pendidikan adalah sebagai berikut:
2.
Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam
diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu
yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian faktor internal bisa
dibagi menjadi 2 macam faktor pisik dan faktor psikis
a. Faktor pisik
Di dunia ini orang mempunyai bentuk tubuh yang bermacam-macam.
Ada yang tinggi ceking, ada yang pendek gemuk, dan ada yang sedang antara
tinggi dan besar badanya. Sudah jelas, masing-masing mmpunyai pengaruh
tersendiri bagi perkembangan seorang anak
b. Faktor psikis
Dalam hal kejiwaan, ada anak periang, sehingga banyak
pergaulan. Akan tetapi ada pula yang selalu tampak murung, pendiam, mudah
tersinggung karenanya suka menyendiri
3.
Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau
ada diluar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan
pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan. Faktor eksternal
dibagi menjadi 6 macam: faktor biologis, physis, ekonomis, cultural, edukatif,
dan religious
a. Faktor biologis
Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah faktor yang
berkaitan dengan keperluan
primer seorang anak pada awal kehidupanya. Faktor ini
wujudnya berupa pengaruh yang
datang pertama kali dari pihak ibu dan ayah.
b. Factor physis
Maksudnya adalah pengaruh yang datang dari lingkungan
geografis, seperti iklim keadaan alam, tingkat kesuburan tanah, jalur
komunikasi dengan daerah lain, dsb. Semua ini jelas membawa dampak masing
-masing terhadap perkembangan anak-anak yang lahir dan dibesarkan disana.
c. Faktor ekonomis
Dalam proses perkembanganya. Betapapun ukuranya bervariasi,
seorang anak pasti memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan minum dirumah,
tetapi juga untuk membeli alat-alat sekolah
d. Faktor cultural
Di Indonesia ini saja dari aceh sampai Irian jaya, jika
dihitung ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat yang masing-masing
mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini
jelas berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak.
e. Faktor edukatif
Pendidikan tak dapat disangkal mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan anak manusia. Malah karena sifatnya berencana dan sering kali
diusahakan secara teratur, faktor pendidikan ini relatif paling besar
pengaruhnya disbanding factor yang lain manapun juga
f. Faktor religious
Sebagai contoh seorang anak Pedanda, sudah pasti ia akan
berebeda dengan anak lain yang tidak menjadi Pedanda, yang sekedar terhitung
orang beragama, lebih-lebih yang memang tidak beragama sama sekali, ini adalah
soal perkembangan pula, menyangkut proses terbentunya prilaku seorang anak
dengan agama sebagai faktor penting yang mempengaruhinya.
Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang,
maka proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tersebut sangat
dipengaruhi oleh adanya interaksi antara dua faktor yang sama-sama penting
kedudukannya yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan. Keberadaan dua
faktor tersebut tidak bisa dipisakan satu sama lainnya karena kenyataannya
kedua faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri dalam operasionalnya. Dari
pernyataan di atas, maka dapatlah ditarik beberapa butir implikasi
pertumbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap penyelenggaraan
pendidikan sebagai berikut:
a. Pertumbuhan
dan perkembangan manusia sejak lahir berlangsung dalam lingkungan sosial yang
meliputi semua manusia yang berada dalam lingkungan hidup itu.
b. Interaksi
manusia dengan lingkungannya sejak lahir menghendaki penguasaan lingkungan
maupun penyesuaian diri pada lingkungan.
c. Dalam
interaksi sosial, manusia sejak lahir telah menjadi anggota kelompok sosial
yang dalam hal ini ialah keluarga.
d. Atas
dasar keterikatan dan kewajiban sosial para pendidik terutama orang tua, maka
anak senantiasa berusaha menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta
lingkungan psikis yang sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan
perkembangannya.
e. Setelah
umur kronologis mencapai lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai
tingkat kematangan intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan jasmani yang
lain.
f. Kematangan
sosial merupakan lkitasan bagi kematangan intelektual, karena perkembangan
kecerdasan berlangsung dalam lingkungan sosial tersebut.
g. Kematangan
emosional meliputi kematangan sosial dan kematangan intelektual, karena
sebagian besar tingkah laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisi
perasaannya.
h. Kematangan
jasmani merupakan dasar yang meliputi semua kematangan.
i.
Pendidik yang berkecimpung dalam pengasuhan anak
dalam perkembangan di masa kanak-kanak hendaklah memperhatikan keterkaitan
antara berbagai segi kematangan jasmani dan rohani anak dalam menciptakan
lingkungan belajar yang efektif.
j.
Hasil-hasil belajar yang mendasari hidup
bermasyarakat banyak dicapai oleh anak dalam keluarga terutama semasa masih
kanak-kanak, yaitu sikap dan pola tingkah laku terhadap diri sendiri dan
terhadap orang lain.
k. Iklim
emosional yang menjiwai keluarga itu meliputi: hubungan emosional antara keluarga,
kadar kebebasan menyatakan diri dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
l.
Seorang anak dimana anak sekolah adalah seorang
realis yang hendak mengenal kenyataan di sekitarnya menurut keadaan senyatanya
atau objektif apa adanya.
m. Pada
umumnya anak masa sekolah dan masa remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang
semakin kuat dan sehat. Sedangkan dalam segi rohani ia mengalami perkembangan
pengetahuan dan kemampuan berpikir yang pesat pula karena ditunjang oleh hasrat
belajar yang sehat serta ingatan yang kuat.
n. Pemahaman
guru terhadap minat dan perhatian peserta didik akan sangat bermanfaat dalam
perencanaan program-program pendidikan maupun pengajaran.
o. Karakteristik
umum pertumbuhan/perkembangan peserta didik ialah diikuti dengan kegelisahan,
pertentangan, keinginan mencoba segala sesuatu, menghayal dan aktivitas
berkelompok.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan yang sudah penulis uraikan dapat
ditarik beberapa simpulan sebgai inti sari pembahasan, antara lain:
1. Pertumbuhan
adalah proses pertambahan ukuran, volume dan massa yang bersifat irreversible(tidak
dapat balik) karena adanya pembesaran sel dan pertambahan jumlah sel akibat
adanya proses pembelahan sel. Sedangkan Perkembangan adalah suatu proses untuk
menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak
dapat dinyatakan dengan suatu bilangan tetapi dapat di amati dengan mata
telanjang
2. Karakteristik
Pertumbuhan dan Perkembangan pada anak meliputi faktor Intelektual, faktor
kognitif, faktor verbal, dan faktor emosional, sedangkan karakteristik
pertumbuhan dan perkembangan pada remaja mencakup perubahan transisi biologis,
transisi kognitif, dan transisi sosial. Selain itu juga hubungan dengan teman
sebaya dan hubungan dengan orang tua menjadi aspek yang sangat mempengaruhi
karakteristik perkembangan dan pertumbuhan pada remaja.
3. Gejala
yang dapat diamati terkait pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai
peserta didik adalah dengan membandingkan perbedaan kognitif, perbedaan
kecakapan bahasa, perbedaan kecakapan motorik, perbedaan latar belakang,
perbedaan bakat, perbedaan dalam kesiapan belajar, dan lainnya yang dipengaruhi
oleh faktor internl (faktor fisik dan faktor psikis) dan faktor external
(faktor biologis, faktor phisis, faktor ekonomi, faktor kultural, faktor
edukatif, dan faktor religius).
DAFTAR PUSTAKA
H. Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
http://faizahmazaaya.blogspot.com/2010/11/karakteristik-pertumbuhan-dan.html
http://myrahmatullah.blogspot.com/2009/10/perkembangan-peserta-didik.html
http://rezamega1911.blogspot.com/2013/02/karakteristik-perkembangan-anak_6.html
http://www.emakalah.com/2013/05/psikologi-perkembangan-peserta-didik.html
http://www.kamusq.com/2013/08/pertumbuhan-dan-perkembangan-adalah.html
https://ghiovanidebrian.wordpress.com/tugas-kuliah/semester-2/perkembangan-peserta-didik/bab-ii-pengertian-pertumbuhan-dan-perkembangan/
Soemanto, Wasty. 1983. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. Malang: Rineka Cipta
Triguna. IBG Yudha, dkk. 2009. Materi Pokok Psikologi Pendidikan.
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar