Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Remaja sebagai Peserta Didik

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

            Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam kehidupan manusia. Pertumbuhan lebih mengarah pada perubahan pada fisik manusia baik itu penambahan massa tubuh, penambahan tinggi badan maupun hal lainnya berkaitan dengan fisik. Akan tetapi kalau berbicara mengenai perkembangan lebih mengarah pada pola pikir kemudian kematangan mental, misalnya saja perkembangan dari anak menuju remaja yang ditandai dengan masa pubertas (Menstruasi pada perempuan dan mimpi  basah pada laki-laki). Begitu pula dengan perkembangan manusia menuju pendewasaan yang ditandai dengan sikap yang matang dan menjadi panutan bagi orang di sekitarnya. Apabila dikaitkan dengan pembelajaran psikologi pendidikan, maka perkembangan menjadi kajian yang lebih ditekankan untuk melihat bagaimana perubahan yang terjadi pada individu dalam kaitannya dalam dunia pendidikan.
            Perkembangan individu tentunya tidak bisa dilihat secara spontan tanpa adanya spesialisasi yang khusus antara satu dengan yang lain. Sebagaimana dalam memberi perlakuan antara satu individu satu dengan yang lain juga harus memperhatikan faktor usia untuk melaukan pendekatan yang tepat sesuai dengan perkembagan pola pikir masing-msing individu. Oleh karena itu juga secara spesifik perkembangan dibagi atas perkembangan pada anak, perkembangan remaja dan perkembangan dewasa. Yang dalam praktiknya perkembangan ini juga harus sejalan dengan pertumbuhan dari seorang individu untuk memproleh hasil yang maksimal dalam proses penerapan konsep psikologi pendidikan.
Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks, artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak tersebut. perkembangan seseorang berlangsung sejak dilahirkan sampai dengan mati. Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar bagian-bagian tubuh. Kualitatif atau psikologis bertambah perkembangan intelektual dan bahasa.
Perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat tertentu (Langeveld). Konsep pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara interpendensi saling bergantung satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan untuk memperjelas penggunaannya. Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan jika seorang individu mengalami pertumbuhan yang baik maka perkembangan akan baik pula. Pertumbuhan dan perkembangan yang baik tentunya akan sangat berdampak pada proses pendidikan yang berlangsung di suatu instansi pendidikan mengingat bahwa peserta didik merupakan individu yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari waktu ke waktu terkhusus pada anak dan remaja. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak dan remaja dalam kaitannya dengan pendidikan tentunya merupakan sesuatu yang sangat riskan untuk dibicarakan dan dibahas, hal ini disebabkan karena pada usia demikian akan memberikan pondasi dari segi sikap dan prilaku untuk pertumbuhan dan perkembangan anak atau remaja itu ke depan.
Sehubungan dengan hal itulah maka dalam pembahasan ini penulis akan membahas mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai peserta didik, dengan harapan nantinya dapat memberikan pemahaman bahwa perhatian pada pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja akan sangat memberikan pengaruh pada keberhasilan di dunia pendidikan terkhusus dalam proses belajar-mengajar.

1.2 Rumusan Masalah
            Dari latar belakang yang telah penulis uraikan dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan menjadi materi pokok yang dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1.      Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan?
2.      Bagaimanakah karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja?
3.      Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai peserta didik?

1.3 Tujuan Penulisan
            Dari penulisan makalah ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, antara lain:
1.      Agar pembaca dan penulis mengetahui apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan.
2.      Agar pembaca dan penulis mengetahui bagaimana karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja.
3.      Agar pembaca dan penulis mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai perserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Istilah-istilah pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan orang secara “interchangeably” artinya keduanya itu dipakai secara silih berganti dengan maksud yang sama. Sebenarnya masing-masing istilah ini mempunyai pengertian yang berbeda, dan perbedaan ini masih jarang diperhatikan orang, begitu pula oleh sebagian besar para ahli atau penulis tentang psikologi pendidikan. Sebagai ilustratif untuk mengenal perbedaan pengertian tentang pertumbuhan dan perkembangan, di bawah ini kami kemukakan suatu gambaran logis tentang manusia sebagai makhluk yang tumbuh dan berkembang. Gambaran ini disadap dari pandangan John Dewey tentang kehidupan manusia. (Soemanto, 1983: 42)
Apakah manusia itu? Manusia adalah makhluk yang hidup, apakah hidup itu? Hidup pada hakikatnya adalah suatu proses pertumbuhan. Yang bertumbuh adalah hidup sedangkan yang tidak bertumbuh adalah mati. Itulah makna kehidupan sesuatu, yaitu sesuatu harus bertumbuh, dan kita tahu sekarang, bagaimanakah manusia yang tidak bertumbuh itu? Kemudian timbul pertanyaan: apakah pertumbuhan itu? Pertumbuhan adalah suatu proses penyesuaian pada tiap-tiap fase perubahan. Apakah pertumbuhan selalu diikuti dengan perkembangan? Perkembangan sesuatu sering tergantung pada faktor-faktor pendukung petumbuhan sesuatu. Apakah perkembagan itu? Perkembangan pada dasarnya adalah perubahan kualitatif sesuatu sehingga membuahkan sesuatu atau manfaat bagi pihak lain. (Soemanto, 1983: 42-43)
Gambaran ilustratif di atas kiranya cukup memberikan keterangan bagi kita, ternyata terdapat perbedaan maksud antara istilah pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran, volume dan massa yang bersifat irreversible(tidak dapat balik) karena adanya pembesaran sel dan pertambahan jumlah sel akibat adanya proses pembelahan sel. Pertumbuhan dapat dinyatakan secara kuantitatif karena pertumbuhan dapat diketahui dengan cara melihat perubahan yang terjadi pada makhluk hidup yang bersangkutan. Contohnya adalah pertumbuhan pada tumbuhan dapat di lihat dengan adanya perubahan tinggi babatang, menghitung jumlah daun, jumlah bunga, dll. Sedangkan Perkembangan adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan dengan suatu bilangan tatpi dapat di amati dengan mata telanjang. Proses perkembangang dapat di lihat dengan terbentuknya organ-organ perkembangbiakan seperti munculnya bunga pada tumbuhan yang kemudian di ikuti oleh buah atau umbi, dll. (http://www.kamusq.com/2013/08/pertumbuhan-dan-perkembangan-adalah.html)
Pertumbuhan yang menyangkut perubahan materiil dan struktur fisiologis, sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek tertentu yang mana aspek-aspek itu sendiri saling berhubungan. Adapun aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi:
1)        Anak sebagai keseluruhan
Anak sebagai keseluruhan tumbuh oleh kondisi dan interaksi dari setiap aspek kepribadian yang ia miliki. Intelek anak berhubungan dengan kesehatan jasmaninya, kesehatan jasmaninya sangat dipengaruhi oleh emosi-emosi, sedangkan emosinya dipengaruhi oleh keberhasilannnya di sekolah, kesehatan jasmani dan kapasita mentalnya.
2)        Umur mental anak mempengaruhi pertumbuhannya
Umur mental anak mempengaruhi kapasitas mentalnya. Kapasitas mental anak menentukan prestasi belajarnya. Hasil penelitian menunjukan adanay hubungan yang erat antara prestasi dan pertumbuhan atau tingkat kematangan anak.
3)        Permasalahan tingkah laku sering berhubungan dengan pola-pola pertumbuhan
Anak-anak yang pertumbuhannya cepat, lambat, atau tidak teratur sering menimbulkan problem-problem pengajaran. Anaka memiliki energi yang diproleh dari makanan dan gizi. Energi ini digunakan untuk : (1) aktivitas-aktivitas, dan (2) pertumbuhan.
4)        Penyesuaian pribadi dan sosial mencerminkan dinamika pertumbuhan
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada anak akibat pertumbuhan dan setelah dihadapkan dengan tantangan kultural masyarakat terutama harapan-harapan orang gtua, guru-guru, dan teman-teman sebayanya, tercermin di dalam  penyesuaian sosialnya.
(Soemanto, 1983: 54-55)
Sementara itu, apabila berbicara mengenai perkembangan yang lebih mengarah pada aspek yang sifatnya kualitatif dapat ditentukan tahapan-tahapan perkembangan pribadi manusia secara paedagogis dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan sesuai pendapat John Amos Cornius (1952) terdiri dari lima tahap, yaitu:
a)        Tahap enam tahun pertama; tahap perkembangan fungsi pengindraan yang memungkinkan anak mulai mampu untuk mengenal lingkungan.
b)        Tahap enam tahun kedua; tahap perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi individu yang memungkinkan anak mulai mampu menggunakan fungsi intelektual dalam usaha mengenal dan menganalisis lingkungannya.
c)        Tahap enam tahun ketiga; tahap perkembangan fungsi intelektual yang memungkinkan anak mulai mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan hubungan-hubungan antar variabel di dalam lingkungannya.
d)       Tahap enam tahun keempat; tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari, “self-directing” dan “self-controle”.
e)        Tahap kematanagn pribadi; tahap dimana intelek memimpin perekembangan semua aspek kepribadian menuju kematangan pribadi dimana manusia berkemampuan mengasihi Tuhan dan sesama manusia.
            Menurut H.C. Whetherington dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology ada sembilan prinsip-prinsip umum pertumbuhan dan perkembangan. Namun tidak semua diuraikan disini, ini bukan berarti tidak penting, melainkan lebih menekankan yang paling menonjol dan paling dirasakan dalam praktek nyata. Prinsip-prinsip tersebut ialah:
1.      Efek usaha-usaha belajar bergantung kepada tingkat kedewasaan yang telah tercapai.
2.      Pertumbuhan lebih cepat jalannya dalam tahun-tahun pertama.
3.      Setiap individu mempunyai tempo perkembangan sendiri.
4.      Setiap golongan individu mengikuti pola perkembangan umum yang sama.
5.      Hereditet dan lingkungan sama pentingnya bagi pertumbuhan.
6.      Sifat-sifat psikis timbul bersama-sama dan tidak secara berturut-turut. (Mustaqim; 2001)

1.2    Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan anak dan Remaja
1.2.1        Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Sebagian besar orangtua menganggap awal masa kanak-kanak  sebagai usia yang mengandung  masalah atau sulit. Masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua dan umumnya berkisar pada masalah fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah perawatan fisik masa bayi. Alasan masalah perilaku lebih sering terjadi di awal masa kanak-kanak ialah karena anak-anak muda sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik yang menuntut kebebasan yang umumnya kurang berhasil. Di sisi lain, mereka seringkali bandel, keras kepala, tidak menurut negativistic, dan melawan. Seringkali marah tanpa alasan. Pada malam hari terganggu oleh mimpi buruk  dan pada siang hari ada rasa takut  yang tidak rasional, dan merasa cemburu. Sebagian orang tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang mengandung masalah atau usia sulit, orangtua juga mengganggap masa awal kanak-kanak sebagai usia mainan, karena sebagian besar waktunya dihabiskan dengan mainan.
Sebutan yang digunakan para pendidik; Para pendidik menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah. Sebutan yang digunakan para ahli psikologi; sebutan yang banyak digunakan adalah usia kelompok, yaitu masa di mana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku social sebagai persiapan bagi kehidupan social yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas satu. Karena perkembangan utama yang terjadi selama awal masa kanak-kanak seputar penguasaan dan pengendalian lingkungan, banyak ahli psikologi melabelkan awal masa kanak-kanak sebagai usia menjelajah, artinya menunjukkan bahwa anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungan. Salah satu caranya dengan bertanya. Jadi periode ini sering disebut sebagai usia bertanya. Hal lain juga yang paling menonjol adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain. Sehingga dikenal dengan usia meniru. Namun demikian kecendrungan yang lebih dari sekedar meniru adalah menujukkan kreatifitas dalam bermain dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidupannya. Dengan alasan ini, ahli psikologi juga menamakan sebagai usia kreatif. (http://rezamega1911.blogspot.com/2013/02/karakteristik-perkembangan-anak_6.html)
Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (anak-anak) Meliputi  :
a.       Faktor intelektual
Faktor intelektual dari siswa adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendirinya sendiri dalam bentuk representative, khususnya konsep dan berbagai lambang dan simbol huruf, angka, kata dan gambar. Intelektualisme bisa diartikan sebagai akal atau pikiran. Pikiran memiliki perkembangan yang bisa menentukan. Karena itulah para pendidik disamping mengembangkan aspek-aspek lain dari anak-anak didik kita untuk memberikan bimbingan yang sebaik-baiknya bagi perekmbangan pikiran itu. Proses dari jalannya berpikir siswa melalui pembentukan pengertian logis, dimana siswa dalam membentuk pengertian logis ini sebelumnya menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis, kemudian membandingkan ciri-ciri mana yang tidak sama, mana yang selalu ada, mana yang hakiki dan mana yang tidak. Supaya dapat berpikir yang tepat dan cepat, maka bekal yang harus dipunyai seperti halnya pengetahuan siswa, faktor sosial siswa, bahasa siswa, bakat dan sebagainya yang semua hal tersebut merupakan faktor dalam dan luar yang saling menunjang terbentuknya faktor intelektual dari siswa.
Dengan mulainya anak sekolah, maka dunianya semakin luas dan demikian pula minatnya. Dengan bertambah luasnya minat, maka bertambah pula pengeetian tentang ornag-orang dan benda-benda yang sebelumnya sedikit sekali atau sama sekali tidak berarti baginya. Tidak saja pemahamanya mengenai lingkungan meningkat melalui pengajaran formal yang diterima dikelas, tetapi juga diperluas melalui pikiran dengan teman-teman sebayanya dan melaui kemampuan membacanya. Dari pengalamanya diperluas dan dari pengajaran-pengajarannya di sekolah, akan mengembangkan sikap yang lebih realistis mengenai hidup.
b.      Faktor Kognitif
Santrock (2007) menjelaskan bahwa anak-anak dalam memahami dunia mereka secara aktif, mereka menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi). Sebuah skema adalah konsep secara eksis pada individu yang dipergunakan untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikansebuah informasi. Oleh karena itu kemampuan kognitif ini, siswa dapat menghadirkan sifat realitas dunia didalam dirinya sendiri, dari yang bersifat material dan berperaga seperti perabot rumah tangga, kendaraan, bangunan dan orang, sampai hal-hal yang tidak bersifat material dan peraga seperti ide “ keadilaan, kejujuran” dan lain sebagainya.
Adapun yang termasuk dalam aktivitas kognitif ini yaitu :
1.      Mengingat, adalah suatu aktivitas kognitif, dimana menyadari bahwa pengetahuannya berassal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diproleh dari masa lampau. Pada saat mempelajari materi untuk pertama kali, siswa mengolah bahan pelajaran ( fase fiksasi), yang kemudian disimpan dalam ingatan ( fase retensi ; akhirnya materi yang dipelajari dahulu dan disimpan itu diingat kembali( fase efokasi ). Siswa dapat belajar ,untuk mengingat kembali dengan lebih baik, terutama dengan memperhatikan dan mempelajari materi yang harus diingat kelak dengan sungguh-sungguh. Jadi kemajuan mengingat kembali, sangat tergantung pada konsentrasi dan mengolah materi pelajaran pada saat fiksasi. Hal ini menjadi nyata bila siswa menghapal sesuatu dan bila siswa memecahkan sesuatu dengan mencari pemahaman.
2.      berpikir, siswa berhadapan dengan obyek-obyek yang diwakili dalam kesdaran. Jadi orang tidak langsung menghadapi obyek secara fisik yang terjadi dalam mengamati sesuatu yang diamati bila dilihat, mendengar atau meraba, dalam berpikir obyek hadir dalam bentuk representative. Bentuk-bentuk representative yang paling pokok adalah tanggapan, pengertian atau konsep lambang dan verbal. Maka semakin berkembang si anak, makin kaya ia akan tanggapan-tanggapan.
c.       Faktor Verbal
Riset penting ekstensif terhadap dua belahan otak adalah pada aspek bahasa. Dalam kebayakan individu, ucapan dan tata bahasa berada di belahan otak kiri ( santrock, 2007). Faktor verbal pada massa usia sekolah adalah pengetahuan yang dimiki seseorang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa. Memahami arti apa yang di
ucapkan orang lain berkembang cepat pada masa ini. Pada masa ini mereka mengerti dengan mudah intruksi-intruksi yang diberikan oleh orang lain dan mengerti arti cerita-cerita yang dibacakan kepada mereka. Mendengarkan radio dan menonton televise ternyata sangat menguntungkan bagi perkembangan pendaharaan bahasa anak-anak.
Oleh karena itu keterampilan-keterampilan motorik memainkan peran penting dalam keberhasilan anak disekolah dan dalam pergaulan dengan anak-anak lain, ia cenderung untuk menarik diri dari kelompok dan mengembangkan sikap-sikap yang kurang sehat terhadap dirinya sendiri dan kehidupan sosialnya. Pada umumnya anak bila diberikan kesempatan, sering sekali mengikiuti kegiatan motorik yang beragam. Mereka mau berlatih tanpa kenal lelah untuk mencapai sukses dan mereka bangga atas pencapaianya. Dengan berlatih akan mencapai peningkatan baik dalam kecepatan maupun ketepatan.
d.      Faktor emosional
Emosi-emosi yang umum dipahami pada tahap perkembangan ini adalah marah, takut, cemburu, kasih sayang, rasa ingin tahu dan kegembiraan. Masing-masing emosi tersebut mempunyai pola ekspresi yang telah berkembang baik pada masa prasekolah dan masing-masing emosi itu ditimbulkan oleh perangsang yang umum dialami kebanyakan anak-anak.
Menginjak masa sekolah, anak segera menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah mudah diterima dimasyarakat. Dengan demikian ia mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar mengendalikan dan mengungkapkan emosinya. Emosi-emosi yang terdapat pada pra sekolah, terdapat juga pada masa sekolah. Perbedaannya terletak pada dua hal : pertama, situasi yang menimbulkan emosi. Kedua, dalam bentuk pertanyaannya atau ekspresinya. Perbedaan ini adalah perbedaan hasil dari bertambah luasnya pengalaman dan pengetahuan anak.

2.2.2        Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan pada Remaja
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial.
1.      Transisi biologis
Menurut Santrock (2003 : 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diatara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh. Selanjutnya mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006 : 52). Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktivitas serta pertumbuhan alat kelamin utama pada kedua remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002 : 94) 
2.      Transisi Kognitif
Menurut Piaget (Santrock, 2002 : 15) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya merupakan penyesuaian diri biologis. Secara lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman melainkan juga menyesuaikan cara berpikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam. Menurut Piaget (Santrock, 2003 : 110) secara lebih nyata pemikiran operasional formal bersifat lebih abstrak, idealis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berpikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan. Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja.  
3.      Transisi Sosial
Santrock (2003 : 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat, merefleksikan peran proses sosio-emosional dalam perkembangan remaja. John Plavell (Santrock, 2003 : 125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka. Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama masih sangat terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain jenis (Rita Eka Izzaty dkk, 2008:139).

1.      Hubungan dengan teman sebaya
Menurut Santrock (2003 : 219) teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (Santrovk, 2003 : 220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai belajar mengenai pola hubungan timbal balik dan setara melalui interaksi dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung.
Ada beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003 : 206), yaitu:
a)        Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit.
b)        Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
c)        Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
d)       Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e)        Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.
Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock (3002 : 307), yaitu:
a)        Akan merasa kesepian karena kebutuhan sosial mereka tidak terpenuhi.
b)        Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
c)        Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian.
d)       Kurang memiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi.
e)        Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka.
f)         Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
g)        Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi sosial terhadap mereka, dan ini akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
h)        Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan penerimaan sosial mereka.
Sementara itu Hurlock (2000 : 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:
a)        Merasa senang dan aman.
b)        Mengembangkan konsep diri yang menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.
c)        Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola perilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial.
d)       Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian mereka keluar dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
e)        Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.
2.      Hubungan dengan Orang Tua
Menurut Steinberg (Santrock, 2002 : 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja.
Collins (Santrock, 2002 : 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan memberi lebih banyak tekanan kepada remaja agar menaati standat-standar orang tua.
Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh Santrock, (2003 : 24) yaitu: 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik. 2) mencoba mencapai suatu pemahaman timbal balik. 3) mencoba melakukan curah pendapat (brainstorming). 4) mencoba bersepakat tentang satu atau lebih pemecahan masalah. 5) menulis kesepakatan. 6) menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1.      Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir  yang duduk di masa kuliah.
2.      Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual  Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3.      Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4.      Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-     kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5.      Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.Remaja ada diantara anak dan orang dewasa, remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi fisik maupun psikisnya.
            Remaja ada dalam tempat marginal. Berhubung ada macam-macam persyaratan untuk dapat dikatakan dewasa maka lebih mudah untuk dimasukan katergori anak dari pada dewasa. Baru pada abad ke 18 maka masa remaja di pandang sebagai periode tertentu lepas dari periode kanak-kanak. Meskipun begitu kedudukan dan status remaja berbeda dari pada anak, masa remaja menunjukan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak.
Remaja menurut WHO adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan dimana:
1)      Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematamgan seksual.
2)      Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3)      Terjadi peralihan dari kertengantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.
Havigurst (Garrison,1956:14-15)mengemukakan 10 jenis tugas perkembangan remaja yaitu:
1)      Mencapai hubungan dengan teman lawan jenisnya secara lebih memuaskan dan            matang;
2)      Mencapai perasaan seks dewasa yang diterima secara sosial;
3)      Menerima kedaan badanya dan menggunakanya secara efektif;
4)      Mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa;
5)      Mencapai kebebasan ekonomi;
6)      Memilih dan menyipkan suatu pekerjaan;
7)      Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga;
8)      Mengembangkan ketrampilan dan kosep intelektual yang perlu bagi warga Negara yang kompeten;
9)      Menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial;dan
10)  Menggapai suatu perangkat nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku

2.3  Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Remaja sebagai Peserta Didik
Perkembangan bagi setiap anak sebagai individu mempunyai sifat yang unik. Saufrock dan Yussen menyatakan sebagai berikut, “Eas us develops some other individual, and like individual, like some other invidual, and like no other individual”. Maksudnya bahwa tiap-tiap invidu berkembang dengan cara tertentu, seperti individu lain, dan seperti tidak ada invividu yang lain.
Garry 1963 (oxendine, 1984: 317) mengelompokan perbedaan individual kedalam bidang-bidang berikut ini.
a)      Perbedaan fisik, seperti usia, berat badan, jenis kelamin, pendengaran, dan kemampuan bertindak.
b)      Perbedaan social,seperti status ekonomi, agama, hubungan keluarga dan suku.
c)      Perbedaan kepribadian, seperti watak, minat, motif, dan sikap.
d)     Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar.
e)      Perbedaan kecakapan disekolah
Perbedaan fisik bukan saja terbatas pada ciri-ciri yang dapat diamati dengan panca indra, seperti tinggi badan warna kulit, jenis kelamin, nada suara, dan bau keringat. Gejala yang dapat diamati bahwa mereka menjadi lebih atau kurang dalam bidang tertentu dibandingkan dengan yang lainnya.
a.         Perbedaan kognitif
Proses belajar mengajar adalah upaya menciptakan lingkungan yang positif yang direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang dimiliki seseorang. Menurut Blom, proses belajar, baik disekolah maupun diluar sekolah menghasilkan tiga kemampuan yang dikenal sebagai taxonomi blom, yaitu kognitif, efektif, dan psikomotorik. Menurut Myers (1996) Kognitif adalah istilah umum yang mencakup segenap mode pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian, dan penalaran.sedangkan menurut chaplin (2002), dijelaskan bahwa kogniif adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan, mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga, dan menilai.
b.        Perbedaan dalam kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemapuan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, yaitu untuk menyatakan pikiran dan perasaanya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang bermakna dan sistematis. Kemampuan berbahasa ini berbeda antara satu individu dan individu lainya, serta sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan. Faktor lain yang juga penting adalah faktor fisik, terutama organ berbicara.
c.         Perbedaan dalam kecakapan motoric
Kecakapan motoric atau kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motoric yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan berbagai kegiatan. Semakin dewasa seseorang, semakin matang pula fungsi-fungsi fisiknya. Kemampuan motoric dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan berfikir seseorang. Karena kematangan pertumbuhan fisik dan berfikir setiap orang berbeda-beda.
d.        Perbedaan dalam latar belakang
Latar belakang keluarga,baik dilihat dari segi sosio ekonomi maupun social kultural adalah berbeda-beda.perbedaab latar belakang dan pengalaman dapat memperlancar atau menghambat kemampuan atau prestasi seseorang. Pengalamn belajar yang dimiliki anak dirumah mempengaruhi kemauan dan keterampilan untuk berpretasi dalam situasi belajar yang disajikan. Minat dan sikapnya terhadap mata pelajaran tertentu, kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan pelajaran, dan kebiasaan-kebiasaan belajrar merupakan faktor-faktor perbedaan individual diantara para siswa.
e.         Perbedaan bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang dibawa atau dimiliki seseorang sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang secara baik apabila mendapatkan rangsangan dan latihan secara tepat.sebaliknya,bakat itu tidak akan berkembang jika lingkungan tidak memberi kesempatan, dalam arti tidak ada rangsangan dan latihan yang baik. Dalam hal pengembangan bakat ini, makna pendidikan menjadi sangat penting artinya.
f.         Perbedaan dalam kesiapan belajar
Perbedaan individual tidak hanya disebabkan oleh keragaman, kematangan, tetapi juga oleh keragaman latar belakang sebelunya. Anak berusia 6 tahun yang memasuki sekolah dasar kelas satu mungkin berbeda satu, dua, bahkan 3 tahun dalam tingkat kesiapan untuk mengambil manfaat dari pendidikan formal.
Disamping semua itu faktor faktor yang pempengaruhi perkembangan peserta didik apabila perkembangan dikaitkan dengan dunia pendidikan adalah sebagai berikut:
2.        Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian faktor internal bisa dibagi menjadi 2 macam faktor pisik dan faktor psikis
a. Faktor pisik
Di dunia ini orang mempunyai bentuk tubuh yang bermacam-macam. Ada yang tinggi ceking, ada yang pendek gemuk, dan ada yang sedang antara tinggi dan besar badanya. Sudah jelas, masing-masing mmpunyai pengaruh tersendiri bagi perkembangan seorang anak
b. Faktor psikis
Dalam hal kejiwaan, ada anak periang, sehingga banyak pergaulan. Akan tetapi ada pula yang selalu tampak murung, pendiam, mudah tersinggung karenanya suka menyendiri
3.        Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan. Faktor eksternal dibagi menjadi 6 macam: faktor biologis, physis, ekonomis, cultural, edukatif, dan religious
a. Faktor biologis
Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah faktor yang berkaitan dengan keperluan
primer seorang anak pada awal kehidupanya. Faktor ini wujudnya berupa pengaruh yang
datang pertama kali dari pihak ibu dan ayah.
b. Factor physis
Maksudnya adalah pengaruh yang datang dari lingkungan geografis, seperti iklim keadaan alam, tingkat kesuburan tanah, jalur komunikasi dengan daerah lain, dsb. Semua ini jelas membawa dampak masing -masing terhadap perkembangan anak-anak yang lahir dan dibesarkan disana.
c. Faktor ekonomis
Dalam proses perkembanganya. Betapapun ukuranya bervariasi, seorang anak pasti memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan minum dirumah, tetapi juga untuk membeli alat-alat sekolah
d. Faktor cultural
Di Indonesia ini saja dari aceh sampai Irian jaya, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat yang masing-masing mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini jelas berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak.
e. Faktor edukatif
Pendidikan tak dapat disangkal mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak manusia. Malah karena sifatnya berencana dan sering kali diusahakan secara teratur, faktor pendidikan ini relatif paling besar pengaruhnya disbanding factor yang lain manapun juga
f. Faktor religious
Sebagai contoh seorang anak Pedanda, sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak menjadi Pedanda, yang sekedar terhitung orang beragama, lebih-lebih yang memang tidak beragama sama sekali, ini adalah soal perkembangan pula, menyangkut proses terbentunya prilaku seorang anak dengan agama sebagai faktor penting yang mempengaruhinya.
Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi antara dua faktor yang sama-sama penting kedudukannya yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan. Keberadaan dua faktor tersebut tidak bisa dipisakan satu sama lainnya karena kenyataannya kedua faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri dalam operasionalnya. Dari pernyataan di atas, maka dapatlah ditarik beberapa butir implikasi pertumbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:
a.       Pertumbuhan dan perkembangan manusia sejak lahir berlangsung dalam lingkungan sosial yang meliputi semua manusia yang berada dalam lingkungan hidup itu.
b.      Interaksi manusia dengan lingkungannya sejak lahir menghendaki penguasaan lingkungan maupun penyesuaian diri pada lingkungan.
c.       Dalam interaksi sosial, manusia sejak lahir telah menjadi anggota kelompok sosial yang dalam hal ini ialah keluarga.
d.      Atas dasar keterikatan dan kewajiban sosial para pendidik terutama orang tua, maka anak senantiasa berusaha menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta lingkungan psikis yang sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan perkembangannya.
e.       Setelah umur kronologis mencapai lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai tingkat kematangan intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan jasmani yang lain.
f.       Kematangan sosial merupakan lkitasan bagi kematangan intelektual, karena perkembangan kecerdasan berlangsung dalam lingkungan sosial tersebut.
g.      Kematangan emosional meliputi kematangan sosial dan kematangan intelektual, karena sebagian besar tingkah laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisi perasaannya.
h.      Kematangan jasmani merupakan dasar yang meliputi semua kematangan.
i.        Pendidik yang berkecimpung dalam pengasuhan anak dalam perkembangan di masa kanak-kanak hendaklah memperhatikan keterkaitan antara berbagai segi kematangan jasmani dan rohani anak dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
j.        Hasil-hasil belajar yang mendasari hidup bermasyarakat banyak dicapai oleh anak dalam keluarga terutama semasa masih kanak-kanak, yaitu sikap dan pola tingkah laku terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
k.      Iklim emosional yang menjiwai keluarga itu meliputi: hubungan emosional antara keluarga, kadar kebebasan menyatakan diri dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
l.        Seorang anak dimana anak sekolah adalah seorang realis yang hendak mengenal kenyataan di sekitarnya menurut keadaan senyatanya atau objektif apa adanya.
m.    Pada umumnya anak masa sekolah dan masa remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang semakin kuat dan sehat. Sedangkan dalam segi rohani ia mengalami perkembangan pengetahuan dan kemampuan berpikir yang pesat pula karena ditunjang oleh hasrat belajar yang sehat serta ingatan yang kuat.
n.      Pemahaman guru terhadap minat dan perhatian peserta didik akan sangat bermanfaat dalam perencanaan program-program pendidikan maupun pengajaran.
o.      Karakteristik umum pertumbuhan/perkembangan peserta didik ialah diikuti dengan kegelisahan, pertentangan, keinginan mencoba segala sesuatu, menghayal dan aktivitas berkelompok.

BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
Dari pembahasan yang sudah penulis uraikan dapat ditarik beberapa simpulan sebgai inti sari pembahasan, antara lain:
1.      Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran, volume dan massa yang bersifat irreversible(tidak dapat balik) karena adanya pembesaran sel dan pertambahan jumlah sel akibat adanya proses pembelahan sel. Sedangkan Perkembangan adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan dengan suatu bilangan tetapi dapat di amati dengan mata telanjang
2.      Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan pada anak meliputi faktor Intelektual, faktor kognitif, faktor verbal, dan faktor emosional, sedangkan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan pada remaja mencakup perubahan transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial. Selain itu juga hubungan dengan teman sebaya dan hubungan dengan orang tua menjadi aspek yang sangat mempengaruhi karakteristik perkembangan dan pertumbuhan pada remaja.
3.      Gejala yang dapat diamati terkait pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai peserta didik adalah dengan membandingkan perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan bahasa, perbedaan kecakapan motorik, perbedaan latar belakang, perbedaan bakat, perbedaan dalam kesiapan belajar, dan lainnya yang dipengaruhi oleh faktor internl (faktor fisik dan faktor psikis) dan faktor external (faktor biologis, faktor phisis, faktor ekonomi, faktor kultural, faktor edukatif, dan faktor religius).

DAFTAR PUSTAKA

H. Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
http://faizahmazaaya.blogspot.com/2010/11/karakteristik-pertumbuhan-dan.html
http://myrahmatullah.blogspot.com/2009/10/perkembangan-peserta-didik.html
http://rezamega1911.blogspot.com/2013/02/karakteristik-perkembangan-anak_6.html
http://www.emakalah.com/2013/05/psikologi-perkembangan-peserta-didik.html
http://www.kamusq.com/2013/08/pertumbuhan-dan-perkembangan-adalah.html
https://ghiovanidebrian.wordpress.com/tugas-kuliah/semester-2/perkembangan-peserta-didik/bab-ii-pengertian-pertumbuhan-dan-perkembangan/
Soemanto, Wasty. 1983. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Malang: Rineka Cipta
Triguna. IBG Yudha, dkk. 2009. Materi Pokok Psikologi Pendidikan. Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar