Bahasa Dalam Weda



Sebelum Weda mulai diselidiki, Bhagawan Panini mulai menyusun tata bahasa Sanskerta, pada th. 700 SM. dan menamakan bahasa yang dipakai didalam Weda dengan nama "Daiwi Wak” (Bahasa Dewata). Baru dalam tahun 200 S.M. bahasa itu mulai dikenal dengan nama Sanskerta. setelah Patanjali menulis kitab Bahasa, pada abad II S.M.
Nama Sanskerta yang. untuk pertama kali diperkenalkan oleh Bhagawan Patanjali adalah untuk menyebutkan nama bahasa yang dipakai oleh masyarakat umum dalam pergaulan di Bharatawarsa. Kemudian bahasa itupun dibedakan pula dari bahasa Pali, bahasa yang dipakai oleh orang-orang Magadhi didalam penyebaran agama Buddha. Setelah Bhagawan Panini berhasil menyusun tata bahasa Sanskerta, jejak beliau diikuti pula oleh Bhagawan Kãtyayana yang lebih populer dikenal dengan Bhagawan Wararuçi pada abad V S.M. Beliau menulis keterangan-keterangan tambahan atas karya Panini disamping sebagai penulis Sarasamuccaya, yang karyanya telah diterjemahkan di Indonesia kedalam bahasa Jawa Kuno pada waktu jaman keemasan Hindu di Jawa dan telah pula dialih bahasakan kedalam bahasa Indonesia tahun 1970.



Sejarah perkembangan bahasa Sanskerta setelah lahirnya kitab Tata bahasa Panini itu kemudian membantu mempercepat proses perkembangan bahasa Sanskerta sehingga abad VIII. Bahasa Sanskerta menjadi bahasa percakapan sehari-hari. Kesusasteraan agama lahir yang kesemuanya memperindah gaya bahasa dan membantu penyebaran ajaran agama Hindu bahkan sampai ke Indonesia. Kitab-kitab agama di Indonesia semuanya dalam bahasa Sanskerta. Tetapi karena di Indonesia sudah terdapat bahasa tersendiri, maka pokok-pokok ajaran agama itu penjelasannya dilakukan kedalam bahasa kawi dan Jawa Kuna. Mantra-mantra dan kitab-kitab agama yang kini masih tersimpan dalam bentuk lontar-lontar, umumnya terdiri dari dua bahasa, yatu bahasa Sanskerta dan bahasa Kawi atau Jawa kuno. Text Sanskerta adalah naskah aslinya sedangkan bahasa kawinya adalah merupakan terjemahan atau terjemahan berikut komentarnya. Sebagai contoh, misalnya Kitab Sarasamuccaya, Sanghyang Kamahayanikan dll. Sistem penyajiannya umumnya sama, kecuali naskah-naskah gubahan bebas yang bersifat sastra, baik sebagai nibandha sastra misalnya Kekawin Ramayana, Gathokacasraya, Bharatayuddha dll., semuanya ditulis dalam bahasa Kawi yang banyak meminjam bahasa Sanskerta itu.

Karena itu. didalam mempelajari Weda itu, pengenalan bahasa Sanskerta, bahasa Kawi dan bahasa Jawa Kuno sangat diperlukan. Hanya dengan demikian kita akan dapat mengungkap isi Weda itu nanti. Penyelidikan bahasa Sanskerta oleh bangsa-bangsa Barat telah dimulai sejak abad ke XVI. Ahli-ahli bangsa Barat yang berkecimpung dalam bahasa sanskerta a.l. Dr. Max Muller, Weber, Buhler, Sir William Jones. H.T. Colebrooke, Keilharn, Grimm, Grassmann, Jesperson. Wakernagel, C. Wilkin, A. Roger dsb.nya. Demikian pula tokoh-tokoh nasional Indonesia seperti Yogiswara, Danghyang Nirartha, Bubuksah, Panuluh, Sedah pada zaman keemasan Hindu dan dewasa ini tampil nama-nama seperti Dr. Purbacaraka (alm), Dr. Hariyati Subadio, Tjok. Rai Suddhartha dll., Patut diketahui sebagai tokoh didalam bahasa Sanskerta. Demikian juga Bhagawan Medhaditi yang menyatakan bahwa Weda adalah ucapan suara yang diatur menurut urutan.  Hal ini diperkuat oleh hasil penelitioan Dr. M. Winternitz, di dalam sebuah bukunya yang berjudul A history of indian Literature vol. 1, part I. pg. 4.5.. Edisi University of Calcutta, 1959, menjelaskan juga bahwa weda adalah Ucapan atau suara yang diatur menurut urutan atau tanda-tanda tertentu (Wirama).

Sumber: Buku Ajar "Weda", Karya bapak I Wayan Sumertha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar