ARJUNA WIWAHA

Sumber Gambar: http://dgi-indonesia.com/wp-content/uploads/2012/08/ARJUNA-WIWAHA.gif


Cerita Arjuna Wiwaha yang tertulis dalam postingan ini sebenarnya saya peroleh sebagai hasil searching juga di dunia maya, hanya saja pada beberapa segmen saya sedikit ubah kata-katanya karena cerita ini saya jadikan lakon dalam membuat Tugas Estetika "Pementasan Karya Seni" bersama teman-teman di Kelas ketika masih berada pada semester VI. Dengan cerita ini kami sepakat membuat Sendratari yang mengisahkan Arjuna ketika memproleh anugrah Panah Pasupati di Gunung Indrakila oleh dewa Siwa. Langsung saja, ini ceritanya:
Kisah Cerita:
            Pada suatu saat, Duryodhana merampas segala hak pandava atas kerajaan Hastina dalam sebuah permainan dadu. Maka sebagai hasilnya para pandava harus tinggal di hutan selama beberapa tahun. Ketika mereka berada di dalam hutan, rsi Vedavyasa datang untuk mengunjungi para pandava. Vedavyasa menyarankan mereka agar memuja Siva. Namun karena menganggap Arjuna adalah yang terbaik di antara para pandava itu, maka
beliau mengajarkan sebuah mantra khusus padanya. Kemudian beliau meminta Arjuna untuk pergi ke gunung Indrakila untuk bertapa. Gunung Indrakila ada di pinggir sungai Bhagirathi.
            Arjuna kemudian pergi kesana dan membuat sebuah lingga yang terbuat dari tanah liat dan memuja Siwa. Kemudian Arjuna berdiri dengan satu kaki terus menerus mengulang mantra yang diajarkan oleh Vedavyasa. Arjuna sangat teguh dalam melaksanakan tapa vratanya. Perihal pertapaan yang dilakukan oleh Arjuna dikehatui oleh ayahnya, yakni dewa Indra. Dewa Indra yang juga sedang mengalami kesulitak di Suarga Loka karena mendapat ancaman dari raja raksana Nivata kawaca menghendaki sosok manusia yang sakti dan mampu membunuh Nivatakavaca, dan beliau punya pirasat Arjuna adalah orangnya. Kemudian beliau mengutus tujuh bidadari untuk menguji keteguhan dan kesungguhan pertapaan yang dilakukan oleh Arjuna.
            Tujuh orang bidadari yang diutus kecantikannya sudah tidak bisa diragukan lagi dan dari tujuh bidadari yang terpenting adalah Suprabha dan Tilottama. Ketujuh bidadari tersebut diutus untuk menggunakan segala kemampuan dan kecantikannya untuk merayu Arjuna. Suprabha dan enam bidadari yang lain pergi ke tempat Arjuna bertapa yaitu Gunung Indrakala untuk menunaikan tugasnya. Sampailah para bidadari yang kecantikannya sungguh menabjukan itu di gua tempat Arjuna bertapa. Mereka berusaha menggoda Arjuna dengan memperlihatkan segala kecantikannya dan dengan segala akal agar Arjuna bisa tergoda. Namun, usaha mereka tak sedikitpun memberikan hasil.  Tentunya mereka sangat kecewa, dan akhirnya mereka kembali ke kahyangan dan melaporkan kepada Bathara Indra.
            Mendengar  laporan dari pada bidadari utusannya, Bathara Indra gembira, karena itu membuktikan bahwa Arjuna memang orang yang tepat dan pantas untuk dia pilih sebagai lawan Niwatakawaca. Tetapi Indra masih memiliki sedikit keraguan, dia masih bertanya-tanya apa sebenarnya tujuan Arjuna bertapa, “apakah untuk memperoleh kebahagiaan dan kekuasaan untuk dirinya sendiri, sehingga ia tidak peduli degan keselamatan orang lain?” Bathara Indra kemudian turun tangan sendiri untuk hal ini, ia kemudian turun menghampiri Arjuna dan menyamar sebagai seroang resi tua yang telah pikun dan bungkuk. Resi tua jelmaan Bathara Indra memperolok-olok  dan mengunggah kesatriaan Arjuna, Arjuna kemudian menghentikan tapanya sebentar dan menyambut resi tua itu dengan penuh rasa hormat. Dalam pertemuan itu terjadi diskusi falsafi yang di dalamnya terpapar suatu uraian mengenai kekuasaan dan kenikmatan dalam makna yang sejati. Arjuna cukup memahami segala hal yang di paparkan oleh Bathara Indra, ia lalu menegaskan bahwa satu-satunya tujuan ia melakukan tapa brata adalah untuk memenuhi kewajibannya selaku seorang ksatria  serta membantu kakaknya Yudhistira untuk merebut kembali kerajaannya demi kesejahteraan dunia. Mendengar jawaban dari Arjuna, Bathara merasa puas dan yakin, maka ia mengungkapkan siapa dia sebenarnya. Bathara Indra kemudian kembali ke kahyangan, sementara Arjuna melanjutkan tapa bratanya.
            Setelah dewa Indra kembali ke Kahyangan dengan perasaan dengan penuh harapan, Arjuna kembali melanjutkan tapanya. Di sisi lain, Raja Raksasa mendengar apa yang terjadi di Gunung Indrakila. Ia kemudian mengutus seorang raksasa yang bernama Muka untuk membunuh Arjuna. Muka merubah wujudnya menjadi seekor babi hutan, dan mengacaukan hutan di sekitar Arjuna bertapa. Arjuna yang mendengar kegaduhan itu segera keluar dari guanya dengan membawa senjatanya. Pada saat yang sama, Bathara Siwa juga sudah mendengar bagaimana Arjuna bertapa, ia kemudian juga turun dalam wujud seorang pemburu dari suku Kirata.
            Arjuna melepaskan panahnya untuk membunuh babi hutan yang membuat kerusuhan itu, dan pada waktu yang bersamaan pemburu Kirata jelmaan Siwa pun melakukan hal yang sama. Kedua anak panah mereka ternyata menjadi satu dan menewaskan babi hutan jelmaan Muka itu. Terjadilah perselisihan antara Arjuna dan pemburu dari Kirata itu, siapa yang membunuh Babi hutan itu. Terjadilah perdebatan yang sengit diantara keduanya dan akhirya mereka berkelahi. Arjuna hampir saja kalah, kemudian ia memegang kaki lawannya , namun pada saat itu wujud si pemburu lenyap dan Siwa menampakkan diri.

            Bathara Siwa bersemayam selaku ardhanariswara “Setengah Pria, setengah Wanita”, di atas bunga Padma. Dengan penuh rasa hormat dan tulus Arjuna memujanya dengan suatu madah pujian dan yang mengungkapkan pengakuannya terhadap Siwa yang hadir dalam segala sesuatu. Siwa kemudian memberikan hadiah kepada Arjuna panah sepucuk panah yang bernama Pasupati. Arjuna juga diberikan pengetahuan gaib bagaimana mempergunakan panah itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar