Pendidikan
sebagai prroses pemanusiaan manusia merupakan hal yang di kemukakan dalam salah
satu teori belajar yakni teori humanistik. Dalam teori ini lebih menekankan
pada isi daripada proses, yang disesuaikan dengan minat, bakat, kemampuan serta
kebutuhan belajar anak dan potensi lingkungan. Teori ini bersifat elektif,
artinya dapat memanfaatkan teknik atau teori belajar apapun asal tujuan belajar
siswa dapat tercapai. Teori belajar humanistik berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang si belajar bukan dari sudut pandang pendidik.
Sehingga, dalam penerapan teori ini pendidik membantu siswa dalam mengembangkan
dirinya (self actualization). Dalam
hal ini pendidik sebagai fasilitator, sedangkan anak didik berperan sebagai
pelaku utama (student center). Anak
didik memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri dan diharapkan dapat
mengenali serta mengembangkan potensinya secara positif.
Menilik pemikiran dari Ki Hajar Dewantara
bahwa pendidikan adalah suatu proses pemanusiaan manusia, maka pada dasarnya
manusia itu adalah pribadi yang memiliki akal budi, pemikiran, nurani, tindakan
yang jauh di atas makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Jika tidak
dibina maka sifat-sifat yang menjadi hakekat manusia ini akan memudar, dengan kata
lain seseorang akan menjadi kasar, tidak memiliki pemikiran cerdas dan lainnya.
Olehnya dalam pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia pendidikan
tersebut memiliki peran yang sangat besar, maksudnya bahwa ketika pembelajaran,
guru selain sebagai pengajar (untuk mencerdaskan siswa secara Intelektual) juga
harus mampu menjalankan peran sebagai pembimbing, motivator, bahkan pendidik
yang juga harus membangun nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada siswa.
Bagaimana pendidikan menjadikan siswa makhluk yang berbudi pekerti, beretika,
tahu sopan santun dan selalu melakukan kehidupan berlandaskan prinsip asah,
asih, asuh.
Carl R. Rogers salah satu tokoh teori
belajar humanistik menyatakan bahwa sangat penting mengutamakan prinsip
pengalaman belajar, karena menyokong gagasan bahwa belajar yang sesungguhnya
adalah belajar yang melibatkan seluruh aspek anak didik secara total. Dengan
kata lain, belajar harus melibatkan unsur kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Sejalan dengan pernyataan Carl R. Roger tersebut, memang benar adanya, untuk
dapat memanusiakan manusia, pendidikan harus dilakukan secara seimbang pada
semua aspek. Dengan Kognitif, siswa akan dituntun menjadi sosok yang cerdas,
pandai dan memiliki kemampuan akademis sehingga mampu dijadikan bekal dalam
menempuh kehidupan kedepannya. Pada aspek Afektif, siswa akan dituntun menjaga
prilaku dan kebiasaan yang tidak menyimpang dari norma yang berlaku baik di
sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Sedangkan pada aspek psikomotorik, siswa
akan dituntun untuk mampu merealisasikan ilmu yang telah dipahami secara
kognitif tersebut.
Olehnya sangatlah tepat bila dikatakan bahwa pendidikan
sebagai proses memanusiakan manusia, bukan hanya mencerdaskan secara
Intelektual, tetapi juga secara Emotional, Spiritual dan Sosial. Olehnya dengan
kecerdasan yang seimbang pada semua aspek siswa yang nantinya akan menjadi output dan outcome dari pendidikan mampu berjalan pada koridor yang tepat
selayaknya manusia yang merupakan pribadi dengan hati nurani, akhlak mulia dan
lainnya dalam membawa kemajuan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar